Selasa, 26 Agustus 2014

Iri dan Dengki


          Manusia dilahirkan bersamaan dengan sifat manusiawinya. Sebuah sifat yang tanpanya manusia bukan menjadi manusia. Iya, hanya dengan itulah manusia bisa merasakan kemanusiaannya. seperti halnya pisau, sifat manusiawi bisa memberikan dampak ganda. Dengannya manusia bisa merasakan betapa indahnya kehidupan dan dengannya pula manusia akan kehilangan kemanusiaannya. Termasuk di dalamnya adalah iri dan dengki.
          Secara umum, iri dan dengki sering ditafsirkan sama. Sama-sama tidak baik untuk dipelihara. Iri maupun dengki adalah rasa yang timbul akibat adanya kecemburuan dengan kebahagiaan orang lain, lebih-lebih orang yang terdekat. Tidak jarang gara-gara kedua hal di atas, seseorang harus merelakan hubungan baiknya dengan orang lain. Sehingga wajar kalau kedua hal di atas selalu dipandang sebelah mata oleh kebanyakan. Padahal, jika kita bisa jeli, keduanya adalah dua hal yang berbeda.
          Secara prinsip, antara iri dan dengki tidaklah sama. Dengki lebih tepatnya adalah sebuah hasil atau akibat. Iya, dengki adalah amarah yang lahir dari keirian yang mendalam. Sedangkan iri hanyalah sebab atau pemicu awal dari dengki. Dan dalam hal ini, iri memiliki dua potensi. Pertama sebagai pemicu aura jahat yang nantinya melahirkan dengki. Kedua, iri sebagai pemicu aura baik yang implikasinya pada motivasi diri. Iri adalah salah satu bahan bakar untuk membakar semangat seseorang.
          Sederhananya, ketika kita merasa iri melihat teman dekat kita berhasil melahirkan buku best seller misalnya, secara tidak langsung emosi kita akan terpicu. Iri menimbulkna emosi. Emosi adalah luapan perasaan yang berkembang atau reaksi psikologis seseorang. Dalam keadaan seperti itulah tanpa disadari semangat seseorang terpompa. Ketika sudah demikian, kelanjutannya ada pada pikiran kita masing: apakah ingin menjadikan itu dengki atau semangat.  Kalau dengki, maka hal itu akan merusak hubungan baik kita dengannya. Sebaliknya, kalau kita mampu mengalirkan emosi dengan pemikiran yang baik, maka hal itu akan melahirkan semangat yang luar biasa pada diri kita: dia saja bisa, mengapa aku tidak?. Dan itulah yang sebenarnya disebut sebagai independent motivation.
          Dengan demikian, kurang cocok rasanya kalau iri—bukan dengki—itu dimasukkan dalam sifat-sifat yang jahat dan perlu dihindari. Iri adalah satu dari alasan-alasan untuk membuat kita melakukan hal yang sebelumnya belum pernah dilakukan. Berangkat iri, banyak orang-orang besar menemukan alasannya: mengapa dia harus bermimpi, mengapa dia harus membaca, mengapa dia harus menulis, dan mengapa dia harus berbuat baik. Iri itu baik. Poenk27814

Tidak ada komentar:

Posting Komentar