Kegagalan kelihatannya adlah rencana alam untuk
mempersiapkan kita menghadapi tanggung jawab besar
(Napeleon Hill)
Seorang seniman pasti
akan bilang “bagaikan warna hijau tanpa
kuning”, ketika mereka mendengar atau bahkan melihat kesuksesan yang tidak
diawali dengan kegagalan. Pun diantara keduanya tanpa arti hadir sebuah
tantangan akan pincang pula satu paket sukses diatas. Kalau dalam bahasa kebudayaannya
kuntjaraningrat (1974) itu menyederhanakan bahasa budaya seperti kombinasi
antara religi dan upacara keberagamaan, antara teori dan aplikasi. Dan
tantangan disini adalah laksana upacara keberagamaan dari sebuah kegagalan.
Kegagalan hanya sebutan belaka, nama belaka, tanpa tantangan, rintangan,
perjuangan, dan pengorbanan kegagalan tak lebihnya adalah khayalan akan
ketakutan.
Satu frame sewarna
dengan itu adalah Abraham lincoln, salah satu presiden tersukses negara
Amerika. Berulang kali dia gagal dalam
bisnis, berulang kali juga gagal terpilih menjadi anggota kongres dan senat,
sampai-sampai dia punya draft kegagalannya sendiri. Hingga pada akhirnya di
tahun 1860 ia terpilih sebagai presiden ke-16 Amerika Serikat, dan mengukir
sejarah yang memukau untuk bangsa Amerika. “Jika anda ingin meningkatkan
kesuksesan anda, gandakan tingkat kegagalan anda”, bahasa Thomas Watson
senada dengan kisah hidup Lincoln.
Seperti halnya dengan
mengayuh becak semakin capek kita dengan cepat menggayuh becak semakin banyak
pula pelanggan yang suka dengan becak kita, secara materil tak ada di dunia
yang tak diperhitungkan, apapun itu. Apalagi disini kalau kita membicarakan
mengenai “timbal balik”, pasti semuanya diperhitungkan. Sama halnya dengan
sukses, kesuksesan itu mahal sekali
harganya, uang pun tak cukup kiranya untuk membeli paket kesuksesan itu.
Kemudian pertanyaannya kalau uang pun tak bisa membeli, dengan apakah kita
membelinya? satu jawaban yang simpel dengan “kegagalan”. sukses berjalan dari
satu kegagalan ke kegagalan selanjutnya tanpa menghilangkan antusisame
seseorang sedikitpun. Betapa sulitnya ketika kita berusaha menghadapi
tantangan, dan betapa resahnya untuk bangkit dari sebuah kegagalan, adalah
jawaban dari pertanyaan tadi. Pahitnya kesulitan yang hampir tiap hari kita
rasakan adalah harga yang pas untuk membayar
kesuksesan kita kelak. Dipungkiri atau tidak orang-orang hebat adalah
yang menganggap kesulitan sebagai tantangan dan perjuangan sebagai teman.
Kembali pada inti pembahasan, menganalisa
seperti itu, tidak terlalu ekstrim tampaknya ketika dikatakan “bukanlah seorang
pelajar jika belum pernah gagal”. Satu poin inti dari situ adalah tentang gagal
itu sendiri. Dalam paragraf ini “gagal” perlu disakralkan, sebab seseorang tak
akan pernah bisa menyentuh gagal ketika dia belum pernah mencoba. Pun untuk
mencoba tak semudah kita memasukkan bola ke gawang. Seolah ketika ada keinginan
bulat untuk mencoba bayang-bayang akan “gagal” tadi malah muncul dan
menghalangi siapapun itu untuk memulai. Perihal kegagalan memang susah-susah
gampang dan hanya orang-orang yang punya mimpi-lah yang bisa merasakan indahnya
satu kata sakral itu.
Seorang pelajar, berbeda dengan siswa. Cukup
signifikan perbedaannya. Dalam hemat penulis seorang siswa sebatas dalam bangku
sekolah dia belajar, tapi bagi seorang pelajar dari manapun, apapun dan
siapapun itu dia bisa belajar. “Kita semua tidak pernah salah, karena kita
sedang belajar”, satu prinsip hebat rancangan Doni dhirgantoro itu seharunya
layak diajukan sebagai motto pendidikan modern dewasa ini. Tak ada yang salah
didalamnya, semua unsur yang terkandung dalam paragraf-paragraf sebelum ini
semua termuat didalamnya. Ketika dalam benak pelajar ada bayangan mengerikan
akan “salah” tadi, sudah, semua menjadi mandul, tak akan ada karya, tak akan
ada ekspresi, dan tak akan ada nyali. Semua sirna, mimpi pun hanya jadi angan,
bahkan film sang pemimpi pun akan sungkan untuk menayangkan episode yang
berikutnya, sungguh luar biasa. Di ruang dimensi waktu yang berbeda Marva
Collins salah satu pendidik tersukses dengan metode klasiknya untuk
pelajar-pelajar miskin amerika, dalam suatu buku pernah mengatakan “if you cant
make a mistake, you cant make anything”, kalau boleh disederhanakan, sebuah
kesalahan adalah wajib buat para pelajar. Tak ada kesalahan tak ada pelajar.
Kegagalan selalu diawali dengan perjuangan, dan
dalam kamus seorang pelajar tak akan ada pejuangan tanpa pengorbanan. Bukanlah
sebuah kegagalan kala didalamnya tiada kesulitan, atau itu tak lebihnya adalah
sebuah kebodohan. Kehidupan dikatakan hidup kala setiap hari kita punya beragam
warna didalamnya, semakin dini warna hitam pekatnya kesulitan, dan pengorbanan
semakin baik dan cerah pula jangka panjang yang akan kita rasakan kelak. Waktu
Tuhan jauh berbeda dengan waktu makhluknya, Tuhan lebih tau apa yang terbaik
dan terindah buat kita dalam jangka panjangnya, sedang manusia hanya sebatas
besok, lusa dan minggu depan. Apapun yang terjadi dan bagaimanapun kesulitan
yang disuguhkan pada kita, itulah yang seharusnya kita nikmati dan syukuri,
karena hanya dengan itu kita bisa membayar mahalnya sebuah kesuksesan jangka
panjang kita. Dan untuk para pelajar tersenyumlah pada setiap apapun itu yang
terjadi, semakin sulit itu, semakin lebarkanlah sunggingan senyummu.semangat…/ipoenk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar