Hari ini saya bersinergi dengan dosen
Teologi saya: bapak Zuhri. Semuanya sangat jelas tertuju pada saya. Tadi malam,
2 jam waktu saya tersita oleh catatan saya. saya terhenti dalam pembahasan yang
penuh dengan warna abu-abu, semuanya masih belum jelas. Termasuk adalah
hipotesis saya sendiri.
Akan tetapi, tadi pagi semuanya
terjawab dengan sangat rapi. Saya yakin Dia terlibat dalam keadaan ini. Adalah
tentang tempo dalam al-An’am 76-79. Kemaren, saya menulis bahwa perjalanan
Ibrahim dalam mencari Tuhannya, tidak sependek antara tujuh puluh enam sampai
tujuh puluh sembilan saja. Namun, antara Tuhan bulan hingga Tuhan matahari
dalam proses antropologinya Ibrahim melibatkan waktu yang sangat lama.
Tidak berbeda dengan itu, dosen saya
dalam keterangannya tadi pagi, menjelaskan dengan jelas: pendekatan antropologi
Ibrahim dalam historinya memerlukan waktu. Dan waktu itu tidaklah singkat. Satu
poin lagi yang selalu meyakinkan saya: ada sesuatu yang sengaja berdialog
dengan saya.
Dalam hal lain, malam ini, tidak
sengaja saya mendengar celoteh Anang dalam kelas malamnya di radio. Setiap hari
rabu sampai jumat malam acara radio ini selalu menghibur hati sepiku. Suaranya
mengalir indah. Bahasa yang digunakan tidak kalah dengan alunan Vicki.
Jogjakarta semakin kelihatan akrab dengan adanya siaran-siaran seperti ini.
Saya menemukan banyak sekali inspirasi. Dalam pendekatan lain, ternyata melalui
pacaran, kita dapat belajar banyak hal. Saya mendapatkan itu dari siaran kelas
malam ini. Anang bisa merasionalkan pacaran yang dalam kacamata Islam itu
adalah . . .
Dalam versi Anang, ternyata Tuhan pun
turut intervensi dengan apapun yang dirasakan oleh hambanya, tidak pandang
bulu. Dan yang unik dalam benak saya adalah tentang Tuhan itu sendiri. Tuhan
atau Allah itu identik dengan agama, tidak mungkin ada Tuhan tanpa agama. Agama
bersumber dari satu ketentuan umum: syariah. Dalam syariah pacaran adalah hal
yang tidak baik. Jika ditarik dalam dimensi fikih asghor, versi Abu Hanifah,
itu adalah sesuatu yang haram. Sehingga ketika ditarik benang merahnya, saya
bisa menyimpulkan kalau Tuhan ternyata juga intervensi langsung dalam perkara
yang haram.
Juga, saya pernah terlibat dalam
dialog antara teman saya dengan pacarnya. Si cewek mengajak si cowok untuk
tidur bareng dalam tanda kutip. Di luar dugaan saya si cowok menjawab: iya
Insya Allah.
Satu frame yang membuat pikiran saya menjadi
aktual. Ternyata di benak teman-teman saya sekarang , bisa jadi Tuhan
menghendaki mereka untuk making love
di luar nikah. Tuhan sekarang sangat luwes dalam jiwa-jiwa manusia muda 2013.
Sehingga jika saya hubungkan dengan paragraf di
awal, ketika Tuhan turut terlibat dalam permasalahan yang dalam dimensi fikih
akbarnya: tidak baik, seakan masih bisa dikatakan itu adalah proses untuk
berdialog dengan Tuhan. Mendekati Tuhan melalui jalan belakang. Ketika pacar
selingkuh pun itu hanyalah isyarat Tuhan kalau dia bukanlah yang terbaik buat
kita. Prosesi dialog terjadi di sini. Tuhan sebagai pemegang segala
kunci.zev.201913
Tidak ada komentar:
Posting Komentar