Adalah seorang Lebanon yang akibat
alasan tertentu dia pindah ke Amerika. Sebelum pindah ke Amerika, namanya
adalah Khalil Jubran dan saat sudah di Amerika namanya diganti Kahlil Gibran.
Perpindahan tersebut terjadi di umurnya yang ke—10 tahun. Mengenai perjalanan
hidupnya, bisa dibilang, kehidupannya cukup tragis. Selain, dia sering
berpindah-pindah, di waktu tertentu dia sangat terpukul saat mendapati beberapa
keluarganya meninggal dunia, termasuk ibu yang sangat dia sayangi saat dia
tengah menuntut ilmu di negara lain.
Sebagaimana jamak diketahui, Gibran
adalah seorang pujangga yang mendunia berkat karya-karyanya yang luar biasa.
Akan tetapi, selain itu, rupanya, dia juga adalah seorang pelukis. Beberapa
lukisannya mendapatkan banyak apresiasi di masa dia hidup. Lebih jauh, nuansa
lukisan Gibran lebih pada model romantis atau model back to nature.
Kenyataan bahwa Gibran hidup di masa romantisisma adalah salah satu alasan
mengapa model lukisannya demikian. Adapun tentang modus berpikir, Gibran selalu
cenderung ke arah cinta. Gibran lahir pada Januari 1883 dan meninggal di
umurnya yang ke—48 dengan keadaan masih belum memiliki istri.
Kepribadian
Dalam hal kepribadian, Gibran
terbilang memiliki kebiasaan yang unik. Gibran adalah seorang yang introvert
atau murung, suka merenung, dan suka kesendirian. Bagi dia hanya dengan
menciptakan jarak tersendiri dengan masyarakatlah seseorang bisa berpikir
jernih. Selain itu, hal tersebut juga berguna agar kita tidak mudah terbawa
arus dalam masyarakat yang nantinya melalui itu, kita bisa mudah untuk instropeksi
diri. Seseorang yang terlibat aktif dalam satu komunitas, baginya sulit untuk
mengetahui apa saja yang salah pada komunitasnya berikut dirinya. Untuk itu,
penting kiranya mengambil jarak ini, guna memudahkan hal tersebut.
Di benak Gibran, hanya ada tiga hal
yang paling dia cintai, yaitu ibunya sendiri, Negaranya—Lebanon—dan
perempuan-perempuannya. Dari yang pertama, Gibran belajar banyak sekali hal.
Dari yang kedua, dia sangat mencintainya sebab keindahannya. Bagi Gibran,
Lebanon adalah Parisnya Timur Tengah. Sedangkan yang terakhir, tidak lain
adalah lima perempuan yang begitu dia cintai, tetapi kesemuanya gagal.
Sumber
Inspirasi Gibran
Kiranya, ada tujuh sumber
inspirasi Gibran, yaitu ibunya sendiri, Salim Dahir, Budaya China, Tagore,
Injil dan Yesus, Nietzsche, dan para seniman Boston. Pertama, melalui
ibunya, Kamile Rahma, Gibran belajar seni musik, Bahasa Prancis, dan yang
terpenting adalah belajar bagaimana hati berbicara. Kedua, dia adalah
seorang tokoh sufi penggembara yang begitu diidolakan Gibran dan juga adalah
guru Gibran. Ketiga, itu disebabkan tempat tinggal Gibran waktu di
Boston berada di suatu kampong yang mayoritas penduduknya berasal dari China. Keempat,
dia adalah seorang pujangga besar dari India. Gibra banyak sekali terpengaruh
dengan karya-karya Tagore.
Kelima, ini bisa terjadi sebab
misi Gibran dengan Injil ataupun Yesus adalah sama, yaitu kasih sayang atau
cinta. Keenam, itu terlihat dari corak puisinya yang begitu
eksistensialis. Banyak dari puisinya menyiratkan suatu kemandirian atas tujuan
harmoni. Bagi Gibran, jauh lebih baik seseorang itu sendiri dan mandiri
daripada bareng-bareng, tetapi banyak peraturan yang nantinya berujung pada
pemaksaan. Akan tetapi, meski terpengaruh, model eksistensi antara keduanya
berbeda. Model Gibran lebih pada harmoni, sedangkan Nietzsche lebih pada
penaklukkan agar tidak diinjak-injak. Baik Gibran atau Nietzsche sama-sama
mengidolakan UberMensch atau manusia super. Dan yang terakhir, itu
adalah suatu komunitas di Boston yang di dalamnya ada banyak seniman, pujangga,
dan semacamnya. Tidak bisa dipungkiri, rupanya ini juga banyak menginspirasi
Gibran.
Gagasan
Gibran
Ada beberapa gagasan
Gibran yang akan disinggung di sini, yaitu pandangannya tentang hidup, cinta,
Tuhan, alam, dan manusia. Dimulai dari hidup. Bagi Gibran, hakikat hidup
itu tergantung kepada kita sebagai yang memiliki hidup. Adapun cara prinsip
untuk mengatur kehidupan itu sendiri adalah dengan mengusahakan empat hal,
yakni cinta, kerja, pengetahuan dan tujuan. Secara hirarkis, kita membutuhkan
tujuan dalam menjalani hidup supaya terkontrol dengan seimbang, tetapi untuk
merancang suatu tujuan, kita membutuhkan pengetahuan, dan sepertinya
pengetahuan akan sia-sia tanpa ada kerja, lebih lanjut kerja pun akan banyak
merusak saat tidak dilandasi cinta. Global kata, kita membutuhkan cinta untuk
menciptakan suatu tujuan yang brilian yang nantinya dengan itu, kita bisa
menyeimbangkan kehidupan kita. Kehidupan adalah cinta.
Kedua, cinta, itu adalah
sesuatu yang cukup dirasakan dan cukup menjadi pasrah. Cukup dirasakan sebab
semakin banyak kita berbicara tentang cinta semakin pula kita tidak pas dalam
memahaminya. Seorang yang sudah merasakan cinta, dia tidak akan banyak bicara
karena memang itu rumit untuk dibicarakan. Sedangkan itu cukup menjadi pasrah
sebab kalau kita masih banyak komplain dan bahkan menuntut, itu namanya bukan
cinta. Kira-kira demikian. Ketiga, itu adalah sesuatu yang tidak menyatu
dengan kita, tetapi berada di sekitar kita. Dan Dia tidak pernah bertentangan
dengan segala macam bentuk cinta lainnya. Tuhan adalah cinta itu sendiri.
Keempat, alam, tidak lain adalah sesuatu yang seharusnya dengannya kita
penting untuk kembali kepada alam atau back to nature, bertindak
senatural mungkin, dan tidak membuat sekat atau katagori-katagori sendiri yang
hanya akan menyebarkan virus kebencian.
Dan yang terakhir adalah manusia. Bagi
Gibran, manusia di dunia ini ada tiga model. Pertama: mereka yang mengutuk
dunia, kedua: mereka yang memberkati dunia, dan ketiga adalah mereka yang
merenungi dunia. Kepada yang pertama, marilah mencintai mereka karena
penderitaannya. Kepada yang kedua, marilah mencintai mereka karena
kedermawanannya dan kepada yang ketiga, cintailah mereka karena kebajikannya.
Menjauhlah
dari kebijaksanaan yang tidak berbumbu tangisan, filsafat tanpa tawa,
dan
kebesaran tanpa anak-anak