Indah
cinta yang kau berikan
kini
tiada lagi kudapatkan
teduhhya
jiwa . . .
baiknya ku pergi
tinggalkan dirimu
sejauh mungkin ,
untuk melupakan,
dirimu yang selalu tak pedulikanku . . .
saat lagu itu mengalun nan indah memanjakan telinga kita dan meresapi setiap katanya, pasti ada sebuah kesimpulan terpercik darinya, “Semua orang ingin diperhatikan, dan bukanlah orang kala tiada hasrat darinya untuk diperhatikan”. Tak salah memang, pakar psikologi sex sekaliber Sigmeund Fred, pun mengatakan “sex adalah puncak akan perhatian seseorang pada kekasihnya” yang kalau saya bisa mengambil kesimpulan tanpa butuhnya seseorang pada perhatian, perlu untuk diragukan kadar ke-normalannya, sebagaimana enggannya seseorang pada sex.
Dalam alam nyata, pun saya
kerap berfikir dan menjadi sebuah dialog yang hebat dalam diri saya sendiri,
kala mata ini menangkap sosok-sosok pengamen disetiap bus level ekonomi jurusan
sby-semarang. Yang ternyata mereka pun membutuhkan sebuah perhatian, perhatian didengar akan setiap alunan lagu yang mereka
senandungkan, dan anehnya mereka lebih enjoy kala musik
mereka di nikmati
tanpa kita memberi mereka receh, dari pada kita beri mereka uang namun kita
tinggal headsheet-an dan membiarkan mulut mereka tampak sibuk sendiri
dengan nyanyiannya, kita cuek dan tenggelam dalam lagu dari mp3 kita. Cerita
kecil diatas, adalah frame betapa mahal dan butuhnya setiap orang akan nominal sebuah perhatian dari pada sekedar
nominal-nominal lainnya. Pengemis pun
ingin dihargai.
Dari
uraian diatas sungguhlah wajar kalau perasaan “aku
tak pernah dianggap” kerap muncul. Kerap saja tak apalah, namun sayangnya
kata kerap tadi sering di barengi dengan “membunuh motivasi” yang finalnya
pasti pada kesedihan, kegundahan dan kegelishan, serta kekhawatiran. Dan berikut inilah curahan hati seseorang yang bisa dikatakan
sangat dekat
dengan saya, yang melukiskan betapa berartinya sebuah penghargaan
akan kehadiran kita :
“Aku tak mengerti, apa salahku, dan mungkin jika aku
bandingkan kerjaku dengan rekan yang lain aku lebih disiplin dan aktif, namun
mengapa beliau kok hanya memarahi aku dan selalu mendewakan mereka. Iya sih aku
tahu mungkin aku tidak sepinter mereka dalam hal apapun, background aku pun tak
selurus mereka, its fine…but kenapa sih kok mesti aku dan aku yang disalahkan.
Bahkan tak jarang ku lihat rekan-rekanku, berbuat yang tak senonoh, but what
happen, no action, seakan gag ada papa. Pun ketika dalam tugas pasti aku dan
aku yang berada di posisi bawah, aku tak pernah dianggap oleh beliau. Ntah,
kenapa kok sampai bisa seperti itu. Ya akhirnya tak taulah, aku hanya bisa
membingkai rasa ini dengan senyum di depan mereka, dan dari situ aku berfikir
rasa iri ini sunnguh menguasaiku kali, ini. Dan seakan mataku tertutup untuk
merespon semua rasa ini. Dan aku terdiam, berhenti di perempatan jalan
kesedihanku saat lampu merah didepanku terus menyala. Aku
yang tak dianggap”
Dalam satu pendekatan sebenarnya Bukan tanpa sebab Tuhan
menghempaskan kita dari orang lain, pasti semua itu ada makna terselubung, dan
hanya dengan positif thinking (berprasangka baik) kita bisa menguak
makna tersebut. Toh, Tuhan pasti menyelipkan hikmah dibalik semua ciptaanya.
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri
atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari
siksa neraka.
(Ali Imron-191)
“Berpikir satu jam lebih baik daripada beribadah fisik
enam puluh tahun”
(HR. dari Abu Hurairah)
Munculkanlah pelbagai kemungkinan positif dalam pikiran
anda, saat sesuatu yang tidak menyenangkan datang menyapa anda. Gunakanlah konsep
mungkin, “mungkin aku ditakdirkan untuk fokus pada tugas lainnya, makanya
aku tak terpilih sebagai delegasi kelas dalam BM”, ya semisalnya seperti
itulah. Jadi bukannya ketika anda tak dianggap adalah adalah harga mati kalau
anda tidak mampu dalam hal itu, bukan. Namun itulah cara Tuhan memenuhi hak
tugas-tugas yang lain biar tak terbengkalai tanpamu.
Dan ketika tahap itu usai
sudah kamu renungkan, maka bersegeralah untuk menggarap tugas yang hari ini ada
didepan anda. Tidak usah memandang ke belakang tentang tugas-tugas yang gagal
anda dapatkan dihari kemaren. Apa yang terjadi pada anda sekarang itulah yang
terbaik buat anda. Bisa jadi walaupun tugas yang sekarang anda hadapi ini
kurang linier dengan anda, ya itulah cara Tuhan mengajarimu tentang hal baru
dalam diri anda. Sebab Tuhan memilih yang terbaik buat anda bukan yang
terindah. Tuhan lebih kenal siapa anda dari pada anda sendiri.
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu
adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia
amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat
buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
(Al-Baqoroh ; 216)
Dalam perspektif lain, kala
anda membatin “dia kan faknya bukan kesitu, tapi kenapa tetap dia yang
terpilih”, secara tersirat anda di latih untuk tidak egois. Dipungkiri atau
tidak Tuhan juga ingin mengajari teman anda tadi untuk hal-hal yang baru. Bukan
pada anda saja Tuhan sayang. Dan dengan seperti itulah Tuhan
mengekspresikannya, masuk akal toh?.
“Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha
penyayang”
(Al-Fatihah – 1)
Dan kapanpun itu ketika
seakan dunia semua marah dan menyalahkan
kamu, toh kamu juga gag sepenuhya salah. Jangan pernah anggap itu sebagai musibah
tapi nikmat yang perlu disyukuri, karena percaya atau tidak, tokoh sekaliber Hugh
Miller pun mengatakan, "Permasalahan adalah sebuah kesempatan yang
memiliki duri”, dengan tanda kutip semua itu tak lekang dari aktifitas
berfikir.
Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan
atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni
neraka yang menyala-nyala".
(Al-Mulk ; 10)
"Kesempatan itu jauh lebih banyak dari
kemampuan."
(Thomas Alva Edison)
Dan akhirnya dapat saya simpulkan, bahwa cobaan ada bukan
untuk membuat kita lemah, namun untuk membuat kita lebih kuat. Allah selalu
bersama hamba-hamba yang memohon pertolongan. Selalu berpikir positif terhadap
segala hal yang menimpamu, maka Allah akan membalasnya dengan memudahkanmu
dalam mengetahui dibalik setiap hikmah-hikmahnya. Jangan pernah katakan :
“Ya Allah, aku punya masalah yang besar. Tapi katakanlah, wahai masalah, aku
punya Allah yang Maha besar.
“your life is in your hands, to make of it what you
choose”
(John Kehoe)
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan)
Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan
sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.
(Al-Ankabut ; 69)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar