Kalau kita membahas tentang pesantren pasti tak
lekang didalamnya tentang apa itu kaidah-kaidah salafi yang masih kental
meng-hawa didalam pesantren. Bagaikan embun yang hadir dan menetes ditiap pagi
seutas daun, begitulah kiranya kami menye-olahkan keduanya. Tak jauh dari itu,
sebuah kata tentang kemanfaat sebuah ilmu, atau bahasa akrab pesantrennya
adalah “al-ilmu an-nafik”, sering terucap dan mungkin menjadi tujuan utama dari
pesantren, dimana kebanyakan satu konsep
klasik itu hanya bisa didapat dengan satu kata juga yaitu “barokah”.
Sederhananya, pesantren mengajarkan peserta didiknya untuk benar-benar mempunyai
ketulusan niat agar ilmu yang usai peserta didiknya curi itu bisa bermanfaat
buat orang lain, dengan apa adanya sam’an wa tho’atan pada guru, dan
bukan hanya untuk sehelai kertas yang setiap tahun semua peserta didik dunia
mengejarnya, yaitu ijazah.
Agak kontras dengan itu, dan di latar belakangai oleh
dunia yang makin hari makin menuntut kita untuk serba logis, turut berdampak
pula terhadap mindset santri yang semakin menolak konsep klasik diatas. Tidak
salah memang, sebab kita hidup pun dalam tatanan kenegaraan yang berkembang,
dan tanpa mengalir dengan itu, pasti akan terkuncilah kita pada satu kamar
dalam rumah yang terpencil jauh dari perkembangan. Dalam pendekatan lain,
seakan semuanya harus serba masuk akal, apalagi dalam hal pendidikan yang
sifatnya terus berkembang dan selalu berkembang. Jadi, cukuplah sulit untuk
bisa menerima konsep diatas.
Dan masih dalam ruangan ini, menyikapi itu Al-fikrah mempunyai
terobosan baru sebagai salah satu wujud nyata dari teori-teori yang mendukung
konsep klasik pesantren diatas. Dan itu adalah Sekolah Jurnalistik. Sekolah
yang lahir dengan bidan redaksi-redaksi sendiri ini mengusung konsep yang
melekat dengan keterbukaan komunikasi dan penggunaan yang baik, serta
individu-individu tenaga pengajar yang kreatif. Disadari, sebab dalam tatanan
keilmuan, Ilmu sendiri itu terbit dengan sifat ke-individualannya, dan terbenam
dengan sifat sosialnya yang tinggi. Yang finalnya nanti juga berdampak pada
dapat dimanfaatkannya sebuah keilmuan oleh masayarakat disekitar.
Para ilmuwan, atau orang-orang yang berilmu tanpa banyak
yang menyadarinya, mereka itu mempunyai sebuah tanggung jawab yang sulit, dan
itu sudah merupakan fitrah mereka sebagai individu yang menggandrongi banyak
ilmu dan hidup dalam sebuah tatanan kemasyarakatan yang tentunya juga punya
kepentingan langsung dengan masyarakat, maka untuk mentransfer ilmunya kepada
masyarakat itu adalah sebuah fitrah dan tanggung jawab, karena hanya dengan
itulah arti hadir mereka dalam masyarakat benar-benar ada dan penting.
Mudahnya, ketika seorang individu sudah berhasil menimba ilmu, maka untuk
membenamkannya pada masyarakat dimana ia tinggal itu juga adalah sebuah
keharusan yang berlandaskan akan fitrah kemasyarakatan. Bukan hasil akhir dari
proses belajar kita, yang kerap dimata santri hal itu hanya bisa didapat lewat barokah.
Dan sedari 20 september 2012 kamaren, Sekolah Jurnalistik
lahir membawa obor ketentraman, yang menyinari gelapnya hati santri akan sebuah
pembaruan dalam bidang keilmuan berkonsep “Al-ilmu An-Nafik” diatas. Menilik,
dari salah satu tujuan berdirinya sekolah ini memang adalah sebagai jembatan
antara kami “redaksi” dengan segenap santri. Sekolah Jurnalistik kali ini
berfitur open minded, lebih mendahulukan aklamasi dari pada otorisasi, yang
mana selama ini, Al-Fikrah dimata santri ibarat bangunan tua yang angker, yang
siapapun berada didalamnya pasti tidak betah. Maka, disini melalui Sekolah
Jurnalistik kami berusaha untuk lebih dekat selangkah lagi dengan pembaca
dengan memprioritasakn komunikasi yang baik antara peserta didik (pembaca)
dengan segenap redaksi.
Selain dari komunikasi itu sendiri, lewat Sekolah ini
perbaikan individual masing-masing redaksi pun perlahan turut kami perhatikan.
Sekata atau tidak, ketika siapapun itu mempunyai sebuah tanggungan dalam hal
apapun, pasti memercik dalam hatinya semangat untuk tampil sebaik mungkin demi
suksesnya tanggungan tadi. Demikian pula dengan redaksi yang notabennya adalah
staff pengajar dalam ESJE, bagaimanapun juga kami redaksi akan berusaha
mencetak individu-individu tutor yang kreatif didalamnya, hingga nantinya bisa
menenggelamkan ilmunya secara efektif kepada masyarakat santri dimana posisinya
ialah sebagai masyarakat yang mempunyai kepentingan terhadap setiap individu
yang berilmu.
Lebih
jelasnya, disini Al-fikrah tak lebihnya adalah individu yang berilmu, yang
tinggal dalam sebuah desa bernama Mambaus Sholihin. Sebuah desa dimana tinggal
didalamnya pelbagai macam masyarakat termasuk Al-fikrah. Dan ketika Al-Fikrah
itu tidak bisa memanfaatkan ilmunya, maka itu adalah sebuah kesalahan yang
telak, dan tidak masuk akal. Karena
fungsi individu yang berilmu sendiri itu tidak berhenti pada penelaahan dan
keilmuan secara mendalam saja namun juga ikut bertanggung jawab agar produk
keilmuannya sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Mambaus Sholihin. Nah
disini, selayang pandang fungsi ESJE sangatlah tampak dan cerah. Melalui
sekolah ini kami berusaha menjadikan semua beban berbagi ilmu kepada segenap
santri ini adalah sebuah tanggung jawab yang masuk akal, bukan karena
embel-embel barokah atau ntah apalah itu. Dan sekali lagi, bukan saja karena
Al-Fikrah ini adalah warga masyarakat yang kepentingannya terlibat secara
langsung di masyarakat, tapi yang lebih penting adalah karena Al-Fikrah
mempunyai fungsi tertentu dalam kelangsungan hidup bermasyarakat.
Memahami
seperti itu, dapat disimpulkan bahwasanya untuk memakai konsep “Al-ilmu
An-Nafik” tidak usahlah menunggu
datangnya barokah kepada kita. Karena satu kata itu secara otomatis
dapat kita rasakan saat kita menganggap konsep klasik itu adalah sebuah
tanggung jawab kita, dan bukan hasil akhir dari usaha kita. Sebab kalau kita
memandang itu adalah sebuah hasil akhir maka sudah, selesai dan cukup sampai
disitu.
Dan
Akhirnya, tak terlalu melebihkan jika dengan Sekolah ini kami selaku redaksi
bisa belajar untuk menjadi bertanggung jawab akan semua yang ada dalam diri kami.
Berlandaskan kekreatifitasan serta
sistem komunikasi sosial yang terbuka diantara kami dengan masyarakat desa
Mambaus Sholihin. Dan dengan ini Al-Fikrah siap untuk menuju proses
pengembangan ilmu yang berjalan secara efektif dan semakin dekat dengan pembaca,
salam…../ipoenk .6213
Tidak ada komentar:
Posting Komentar