Tak
banyak bisa dikata, betapa menjerit hati ini kala semua tentang mimpi dan
harapan yang usai sudah kita taruh dan direspon dengan baik oleh seseorang
ternyata palsu. Pupus, semuanya hilang menyisakan luka yang dalam dan laka hati
nan jiwa pun mendera menemani setiap senyum paksa kita di setiap kali berjumpa
dengannya.
Amarah
dan kebencian seolah akan selalu didahulukan untuk menyikapi hal seperti
diatas, seakan semua itu sangatlah kasuistik. Dan tanpa berfikir internal siapa
aja yang menjadi korban kasus keremajaan diatas pasti akan membenci pihak yang
bersangkutan. “Tak ada lagi espektasi” orang psikologi bilang seperti
itu. Bahkan kasus yang kerap dibenak remaja disebut sebagai PHP itu adalah
tindakan criminal hati yang melebihi kasus playboy/girl, atau kasus selingkuh
dan lainnya.
Bagaikan
jambu mente yang masih muda, berkulit halus merah cerah nan menyegarkan mata
bagi siapapun yang melihanya, menebar harapan palsu buat orang lain hanya
tampak indah dan menenangkan saat semuanya itu serba “seolah”. Namun ternyata
semua itu cukup dan berhenti pada keseolahan itu sendiri tidak sampai pada kenyataan
yang sebenarnya. Dan rasanya pun tak akan jauh beda dengan jambu mente barusan,
sepet di mulut dan sakit di hati.
Tanpa
banyak disadari dalam kasus ini, ada dua laka yang pecah. Penipuan sekaligus
cinta pupus yang berujung pada hati yang patah akibat jatuh terlalu dalam akan
hati yang bersangkutan. Dan ini lebih kejam dari perselingkuhan, sebab dalam
perselingkuhan pun itu pasti sebelumnya ada kasih yang benar-benar nyata dengan
tanpa “seolah” didalamnya. Minimal diantara yang bersangkutan pernah mengukir
kasih dengan ketulusan yang murni, tak seperti kasus PHP yang serba “seolah”dan
semu menyakitkan.
Namun
di hari merah jambu ini, saat banyak orang menentukan dengan cerdas kalau hari
ini adalah hari yang pas untuk menebar harapan-harapan baru untuk hati yang
baru. Sepertinya tak selamanya PHP itu salah dan layak dibenci. Psikologi
setiap remaja disamping keinginan mereka yang selalu ingin dapat perhatian lebih
dari lawan jenis, juga terlibat didalamnya sebuah ketakutan yang luar biasa
akan kegagalannya untuk mendapat perhatian yang lebih. Sehingga, ketika mereka
berfikir, alternative lain agar mereka
bisa menepis ketakutan mereka adalah dengan meminta perhatian kepada lawan
jenis yang lebih dari satu, dan itu hanya bisa terjadi kalau mereka juga
memberi perhatian pada siapapun dia yang ingin
mereka mintai perhatian. Hukum timbal balik sangatlah berlaku dalam hal
ini, dan itulah yang memang harusnya diperjuangkan. Tanpa kita menyayangi kita
tak akan disayangi, tanpa kita mencintai kita tak akan dicintai.
Dan
akhirnya tidak salah jika disini saya mengatakan PHP bukanlah se-kasuistik
perselingkuhan. Hal ini adalah ekspresi untuk mengisi kosongnya serta bingungnya
hati kita untuk mendapatkan apa yang lumrah remaja harapkan dari lawan jenis,
dimana tak lekang didalamnya ketakutan yang luar biasa hebatnya. Toh, korban
PHP pun tak sedikit yang juga hobi menebar harapan-harapan palsu. Dan mungkin
cukup dengan “be the way you are” dalam merespon apapun darinya, kita
bisa enjoy dalam hal yang dipandang kasuistik ini. Maka, dengan menebar harapan
palsu dihari merah jambu ini, itulah yang menjadi solusi final pemecah
kegundahan hati…./ipoenk 7213
Tidak ada komentar:
Posting Komentar