Muhammadun
basyarun laka al-basyari, bal huwa ka al-yaquti baina al-hajari, boleh
jadi ungkapan itu adalah salah satu basis mengapa Muhammad selaku nabi dan
rasulnya Umat Islam masihlah berperilaku layaknya manusia adanya. Bahkan hal
itu diakui sendiri oleh Muhammad bahwa dia hanyalah manusia seperti
umat-umatnya sendiri. Sehingga hal tersebut benar-benar membuat nabi dan rasul
tidak bisa luput dari kesalahan dan kelupaan juga. Akan tetapi satu hal yang
perlu selalu diingat: ada sebutan pasti ada suatu kelebihan. Dan dalam hal ini,
satu hal yang paling lumrah dikalangan kita mengenai para nabi dan rasul adalah
keadaann mereka yang ma’sum.
Dalam
banyak hal kema’suman nabi dan rasul bisa dimaklumi. Dan itu adalah hal yang
wajar jika tokoh sekaliber Muhammad tidak pernah berbuat salah—dalam tanda
kutip—dalam hal ucapan dan perbuatannya karena adanya satu keistimewaan tadi,
ma’sum. Namun, kalau diambil dari contoh kasus, hal itu bisa berdampak sedikit
berbeda. Semisalnya dalam kasus peperangan Rasulullah. Selama ini, mungkin
banyak didengar bahwa dalam kebanyakan perangnya Rasul selalu berada di baris
terdepan sebagai ekspresi betapa gagah dan pemberaninya beliau. Dalam satu
perspektif, itu merupakan salah satu sisi kehebatan Islam dengan mempunyai
Rasul sesempurna itu.
Akan
tetapi dalam sisi lain, sesuatu tersebut malah menimbulkan mala pemikiran
tersendiri. Dan itu tak lain adalah bersumber dari tanda tanya besar: apakah
ma’sum Rasulullah mencakup terhindarnya beliau denga praktek pembunuhan dalam
perang? Kemudian, apakah jika memang ma’sum beliau tidak mencapai hal tersebut,
itu bisa mengurangi sosok kesempurnaan Rasulullah? Toh itu juga terjadi dalam
keadaan perang, dan bukannya membela diri terhadap seseorang yang hendak
membunuh kita itu juga tidaklah sebuah permasalahan dalam Islam? Seperti halnya
bagaimana Abu Bakar dengan kebijakannya yang seolah keren dan berwibawa
membunuh para saudara-saudara muslimnya yang tidak mau membayar zakat,
entahlah. Dan dari tanya-tanya di atas, semua itu bisa diringkas menjadi satu
keganjilan yang besar: Apakah salah jika Rasulullah ternyata adalah seorang
pembunuh. Dan mungkin, alangkah lebih baiknya hal itu dikembalikan kepada
kepercayaan masing-masing, entahlah. Zev051213
Tidak ada komentar:
Posting Komentar