Manusia dilahirkan bersamaan dengan
sifat manusiawinya. Sebuah sifat yang tanpanya manusia bukan menjadi manusia. Iya,
hanya dengan itulah manusia bisa merasakan kemanusiaannya. seperti halnya
pisau, sifat manusiawi bisa memberikan dampak ganda. Dengannya manusia bisa
merasakan betapa indahnya kehidupan dan dengannya pula manusia akan kehilangan
kemanusiaannya. Termasuk di dalamnya adalah iri dan dengki.
Secara umum, iri dan dengki sering
ditafsirkan sama. Sama-sama tidak baik untuk dipelihara. Iri maupun dengki
adalah rasa yang timbul akibat adanya kecemburuan dengan kebahagiaan orang
lain, lebih-lebih orang yang terdekat. Tidak jarang gara-gara kedua hal di
atas, seseorang harus merelakan hubungan baiknya dengan orang lain. Sehingga
wajar kalau kedua hal di atas selalu dipandang sebelah mata oleh kebanyakan. Padahal,
jika kita bisa jeli, keduanya adalah dua hal yang berbeda.
Secara prinsip, antara iri dan dengki
tidaklah sama. Dengki lebih tepatnya adalah sebuah hasil atau akibat. Iya,
dengki adalah amarah yang lahir dari keirian yang mendalam. Sedangkan iri
hanyalah sebab atau pemicu awal dari dengki. Dan dalam hal ini, iri memiliki
dua potensi. Pertama sebagai pemicu aura jahat yang nantinya melahirkan dengki.
Kedua, iri sebagai pemicu aura baik yang implikasinya pada motivasi diri. Iri adalah
salah satu bahan bakar untuk membakar semangat seseorang.
Sederhananya, ketika kita merasa iri
melihat teman dekat kita berhasil melahirkan buku best seller misalnya, secara tidak langsung emosi kita akan
terpicu. Iri menimbulkna emosi. Emosi adalah luapan perasaan yang berkembang
atau reaksi psikologis seseorang. Dalam keadaan seperti itulah tanpa disadari
semangat seseorang terpompa. Ketika sudah demikian, kelanjutannya ada pada
pikiran kita masing: apakah ingin menjadikan itu dengki atau semangat. Kalau dengki, maka hal itu akan merusak
hubungan baik kita dengannya. Sebaliknya, kalau kita mampu mengalirkan emosi
dengan pemikiran yang baik, maka hal itu akan melahirkan semangat yang luar
biasa pada diri kita: dia saja bisa,
mengapa aku tidak?. Dan itulah yang sebenarnya disebut sebagai independent motivation.
Dengan demikian,
kurang cocok rasanya kalau iri—bukan dengki—itu dimasukkan dalam sifat-sifat
yang jahat dan perlu dihindari. Iri adalah satu dari alasan-alasan untuk
membuat kita melakukan hal yang sebelumnya belum pernah dilakukan. Berangkat
iri, banyak orang-orang besar menemukan alasannya: mengapa dia harus bermimpi,
mengapa dia harus membaca, mengapa dia harus menulis, dan mengapa dia harus
berbuat baik. Iri itu baik. Poenk27814