Tanggal 12 bulan 12 tahun 12,
bismillahirrohmanirrohim, kumemulai tulisan ini dengan pikiran terus melayang
ke dimensi lain saat aku dengan senyum yang luar biasa bahagianya, aku membaca
tulisan-tulisanku kelak di masa depanku. Dan itu aku memulai dihari yang buatku
pas sekali untuk berkarya ini.
Surat
An-naba’, satu surat yang kali pertama ini aku mencoba untuk menghafalkannya.
Banyak keinginanku untuk memulai semua ini, yang terutama adalah untuk masa
depanku sendiri, sebagai alternative jika besok aku tidak bisa diterima di
semua PTN di Indonesia. Maka dengan ini aku berharap aku bisa tembus seleksi ke
Mesir dengan jurusan yang sama dengan hari ini aku di Inkafa. Mengetahui syarat
mutlaknya adalah bekal 2 jus sebagai prolog.
Di
dalam surat ini tuhan mengajak kita untuk berjalan-jalan ke beberapa dimensi.
Mulai dari cerita akan ingkarnya orang-orang dahulu sebelum kita sampai pada
gambaran kehidupan kelak ketika gunung benar-benar tak lebihnya seutas kapas
yang berterbangan (tragedi Kiamat). Disini kita dengan cermat bisa memahami
tentang keingkaran orang-orang musyrik pada masa Nabi dulu, kekuasaan Tuhan
yang begitu cerdas, akibat-akibat serta adzab, nikmat, dan akhirnya kembali
pada dimensi pertengahan (antara dimensi pertama {keingkaran orang musyrik} dan
dimensi masa depan {gambaran tentang hari akhir}) yaitu penyesalan.
Lewat
surat ini tuhan benar-benar mengajari kita akan bentuk aplikatif sosialis yang
begitu cerdik dalam menanggapi keingkaran orang-orang musyrik. Pada saat itu
banyak dari orang-orang nonmuslim saling mempermasalahkan, memperdebatkan
dengan sinis, serta memandang sebelah mata akan kebenaran adanya hari
kebangkitan yang sebelumnya telah diberitakan oleh nabi. Mengetahui seperti itu
tuhan tidak secara eksplisit menepis semua itu dengan keras, namun dengan
ungkapan yang tegas dan begitu mendramatisir keadaan(4-5), seolah Tuhan bilang
kepada mereka “biarkan waktu yang akan menjawabnya”. Disini tuhan se-ia dan
se-kata dengan prinsip salah satu iklan rokok L.A talk less do more.
Cukup
unik memang, karena setelah sejenak membiarkan mereka bahagia akan kebenaran
anggapanya. Tuhan secara gamblang mendeskripsikan tentang sedikit kekuasaan-NYA
(6-16). Hingga secara tidak langsung deskripsi tuhan yang lebih jelas lagi
tentang kekuasaan-NYA ini akan menjadi satu jawaban serta tamparan bagi mereka
yang tersampaikan secara halus. Rasionalisasinya adalah dengan menyebut dengan
sistematis tentang kekuasaan-NYA, seolah DIA telah membuktikan kalau perkataan-NYA
benar, lewat fakta-fakta ajaib yang sedikit demi sedikit mulai terungkap
kebenarannya. Dapat disimpulkan, ketika semua kekuasaan-NYA itu dapat
dibuktikan, tak ada dalih lagi bagi mereka untuk tidak mempercayai adanya hari
akhir. Dan di sinilah sisi sosialis Tuhan begitu nampak
Satu
poin dapat kita ambil, bahwasanya tidak seharusnya kita selaku mahkluk
ciptaannya, merespon semua permasalahan vertical kita dengan kritikan secara
langsung dan pedas. Sebagaimana pula yang pernah dikatakan …….tentang salah
satu cara untuk mengajak orang lain berfikiran seperti kita itu adalah dengan
sebaik mungkin kita menghindari mengkritik.
Di
lain kacamata, secara simentik melalui sistematika ayat per-ayat, mulai dari
ayat 8-16 melahirkan kebenaran-kebenaran unik lainnya. Antara sejoli pasangan (8), tidur dengan nyenyak(9),
malam yang gelap(10), dan siang untuk bekerja(11) ternyata memuat nilai
social-psikologis yang tinggi, yang menggambarkan betapa bahagianya sebuah
keluarga jika mengaplikasikan kandungan makna tersirat ayat tersebut. Setelah
menyebut kata pasangan, tuhan mengatakan malam yang gelap untuk istirahat, yang
mana dominan sekali bahwa kebutuhan biologis diantara sejoli pasangan sangatlah
penting sebagai syarat terciptanya keluarga yang bahagia. Sisi lain, bahasa
kasarnya seks sangatlah baik bagi masing-masing pasangan. Kemudian diteruskan
dengan ayat berikutnya (12) yang lebih condong pada kebutuhan dhohir pasangan.
Pun
secara ilmiah ayat berikutnya (12-16) dengan tanpa ragu tersinggung didalamnya
proses tentang asal muasal hujan dengan redaksi kata “mu’sirot”, yang mayoritas
pendapat mengatakan bahwa itu berarti “as-sahab”. Dengan kata lain 1400 tahun silam
tuhan telah menjelaskan satu pengetahuan yang luar biasa tentang hujan, dimana
ilmu pengetahuan pada saat itu pun belum bisa mengira-ngira sedikitpun tentang
proses terjadinya hujan. Uniknya sebelum tuhan mengatakan satu ayat tentang
itu, DIA menyinggung penciptaan matahari yang disitu digambarkan dalam keadaan
yang terang benderang, pun satu ayat sebelumnya dikatakan tentang penciptaan
tujuh lapis langit. Faktanya, tanpa adanya matahari yang terang dan panas sulit
dimungkinkan akan terjadi penguapan pada lautan. Dan ketika tidak ada uap sama
sekali yang naik ke atas dan ditampung oleh awan, sulit juga akan terjadi
hujan. Jadi, cukup jelas mengapa disitu tertulis “siroja wahhaja”, matahari
yang terang benderang, bukan “siroja” saja. Lebih dalam lagi, tuhan mengikut
sertakan tujuh langit yang kokoh dalam konteks ini bukan tanpa alasan. Ternyata
jika kita mengartikan tujuh langit yang kokoh tersebut sebagai atmosfir (..)
sangatlah masuk akal jika ayat-ayat ini cerdas dan sistematis. Proses penguapan
air laut oleh cahaya kolor matahari tidak bisa lepas dari filter yang dilakukan
oleh atmosfir, tanpa atmosfir semua yang seharusnya dibutuhkan oleh
tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya akan sulit terpenuhi, apalagi di ayat
berikutnya diterangkan secara detail akan future implikasi dari satuan
proses tadi(15-16). Tanpa atmosfir, keadaan bumi akan terlalu panas bahkan
sangatlah panas pada siang hari dan akan sangat dingin pada malam hari, yang
nantinya berimbas fatal terhadap jalannya semua makhluk hidup di bumi. Mungkin
kalau bumi tanpa atmosfir, planet mars sekarang sudah penuh. Dan inilah salah
satu bukti nyata dari kekuasaan Tuhan, yang di awal tadi ampuh untuk membuktikan
dengan halus pada mereka tentang kebenaran akan hari kiamat.
Dari
awal penciptaan tentang kekuasaan-NYA(6-16), DIA berlanjut pada kehancuran dari semua itu, semuanya pasti ada
masa aktifnya(17). Begitu juga mereka, lambat laun pasti akan musnah juga. Kemudian
dari deskripsi kekuasaan-NYA, berlanjut pada poin yang ketiga dari inti akan
surat ini, yaitu hakikat balasan dari semua perbuatan manusia. Disini tuhan
memberitahu kepada mereka bahwa sekecil apapun sesuatu yang telah kita perbuat
baik itu terpuji atau tercela semuanya pasti menemui satu titik akhir, yaitu
hari pembalasan(…..). Berbicara tentang balas membalas, tidak mungkin kiranya,
jika tak ada kebangkitan setelah kehidupan ini. Sangat halus dan sopan, Tuhan
perlahan menjawab dan mengecam serta mengancam semua diantara mereka yang inkar
akan hari kebangkitan. Dan disinilah satu kebenaran yang rasional dapat kita
rasakan, melalu proses bagaimana tuhan merespon akan keinkaran mereka. Rasanya,
akan sangat lain bila sedari awal tadi, dengan bahsa yang langsung Tuhan
mengancam mereka. Pastinya sulit untuk mengatakan bahwa al-quran itu
logis.
Bermula
dari ayat 17-37, semua jelas menerangkan tentang kesah-kesuh, susah senang
hitam putih dan lain sebagainya tentang akibat dari apapun yang pernah manusia
perbuat di dunia. Tuhan sengaja mengambil 50% ayat dari surat ini untuk
mendeskripsikan mengenai ini, tak lain hanyalah untuk kembali mengingatkan pada
mereka bahwasanya hari kebangkitan itu ada, dengan penalaran induktif sebab-akibat.
Hari kebangkitan seolah adalah hari dimana akibat itu terealisasikan dengan
makna yang sesungguhnya(21).
Dilain pembahasan lewat surat ini
tuhan juga memberi legitimasi akan sifat kemanusiawiaan manusia, yang dalam hal
ini terwakili oleh pernyataan Tuhan yang berjanji menyediakan gadis-gadis
sebaya yang montok khusus buat mereka-mereka yang bertakwa(31-33). Dari sisi
ini, Tuhan benar-benar pengertian kalau makhluknya yang bernama manusia ini
lebih suka memiliki teman kencan yang sebaya dan montok.