Kali pertama
saya membaca kalimat tersebut secara sekilas dengan tanpa mengulanginya
kembali, ada kesimpulan yang berbeda tentang kalimat tersebut dengan redaksi
aslinya. Adalah mengenai ketenangan hati. Dalam redaksi hadist yang asli
tertulis bahwa dosa itu adalah apapun yang terbesit dalam hatimu dan kamu tidak
ingin orang lain mengetahuinya. Akan tetapi, karena hal itu dirasa cukup rumit
pula, saya membahasakannya berbeda: dosa adalah apapun yang membuat hati kita
tidak tenang dan kita tidak ingin orang lain melihatnya.
Tanpa banyak
disadari, teori yang bagi saya luar biasa ini, terselip dalam salah satu ayat
al-Quran (6:120). Sebenarnya, dalam ayat itu sendiri, teori ini tidak tertulis
dengan jelas dan eksplisit. Akan tetapi, itu ada hanya sebagai alat bantu untuk
memahami ayat tersebut karena isinya yang terkait dengan larangan melakukan
dosa, baik itu tersembunyi atau sebaliknya. Sehingga, jika kedua hal
tersebut—ayat terkait dengan hadist terkait—dikaitkan, maka siapapun akan
merasa mudah dalam memahami ayat itu umumnya atau pengertian dosa itu
khususnya.
Dalam satu
sisi, teori di atas berhasil memberikan suatu gambaran yang jelas tentang apa
dan bagaimana dosa itu. Hal itu disebabkan dengan banyaknya asumsi yang
memandang bahwa dosa adalah sesuatu yang abstrak dan seakan itu hanyalah hak paten
Tuhan untuk menentukan kalau ini dosa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar