Untuk kali kesekian, banyak sekali
jendela yang terbuka dalam pikiran saya mengenai kata takwa dalam arti yang
sebenarnya. Masih segar dalam ingatan saya mengenai: bagaimana saya dulu
menganggap betapa dominannya kata takwa itu dengan ritual-ritual islami. Seolah
takwa itu sebatas sembahyang dluha 8 rakaat, tahajjud 4 rakaat, berpuasa
senin-kamis setiap minggu, cuek dengan urusan-urusan dunia, dan kawan-kawannya.
Saya dulu menganggap takwa hanya ada dalam pesantren yang sarat akan syariat. Makna
takwa tersempitkan dalam ruang pikir saya lalu. Akan tetapi, sekarang berbeda.
Takwa mempunyai yang lebih dari
majemuk. Di setiap maknanya melibatkan dimensi-dimensi yang berbeda. Dalam
catatan saya kemarin, takwa melibatkan dua dimensi sekaligus secara seimbang.
Adalah antara hubungan kita dengan manusia dan hubungan kita dengan Tuhan.
Bukan hanya usaha pendekatan diri di waktu pra subuh saja yang perlu dilakukan,
tetapi konsisten pada ucapan kita dalam penetapan janji juga 50% sebanding
dengan yang pertama. Bentuk praksis takwa sangatlah luas dan mendasar.
Di bagian ayat lainnya, saya baru tahu
jika Tuhan menitik beratkan takwa pada zona horisontal, zona kemanusiaan. Dalam
ayat ini (3.134) sungguh jelas bagaimana takwa diformulasikan dengan begitu
simpel. Siapapun bisa menjadi takwa melalui jalur ini. Yaitu mengenai sedekah.
Seorang muslim bisa jadi adalah seorang yang takwa kalau sudah bisa konsisten
untuk sedekah dalam keadaan apapun, baik ketika susah maupun senang. Tidak mudah
marah dan hobi memaafkan kesalahan orang lain, juga terlibat dalam ruangan ini.
Dari ayat tersebut, saya berani menyimpulkan tentang pentingnya mengalah dalam berhubungan
dengan manusia. Kita hidup di zona kemanusiaan bukan zona ketuhanan. Jadi saya
kira poin-poin dalam ayat tersebut lebih penting dan simpel untuk dijadikan
parameter seseorang disebut takwa, bukan pada betapa hitamnya dahi mereka sebab
sujud-sujud yang terlalu lama.
Secara tersirat, ayat itu melukiskan
betapa perhatiannya Tuhan pada hambanya yang tidak mampu. Sedekah ada karena
ada seorang yang membutuhkan. Dan lewat ayat ini Tuhan mengekspresikan bentuk
intervensi-Nya pada hambanya yang tidak mampu, melalui hamba lainnya yang lebih
mampu. Pun, yang membuat saya heran, ternyata bukan dalam keadaan kaya saja
seseorang dianjurkan untuk sedekah. Dalam keadaan dlorro’ (susah) pun, kita dianjurkan untuk sedekah. Satu bukti
betapa vitalnya berbagi dengan sesama. Dan jika saya hubungkan dengan ayat yang
terpaut tentang takwa dalam surat al-Baqoroh, aplikasi ini sangat
direkomendasikan untuk keluarga yang dekat. Sedekah pada keluarga yang terdekat
memiliki value yang lebih.
Dan yang membuat saya gumun adalah keterkaitannya kata salah,
jelek, buruk, dan lainnya dalam takwa. Hipotesis saya selama ini menganggap
takwa itu bersih dari kata-kata itu. Seorang yang dikata takwa sudahlah jauh
meninggalkan sesuatu yang yang berbau khilaf
seperti itu. Akan tetapi berbeda dengan ayat ke 134 surat Ali Imran. Dalam
pengamatan saya, kekhilafan atau kesalahan seseorang sangat mungkin sekali
menjadi bagian terpenting disebutnya yang bersangkutan sebagai seorang yang
takwa. Dalam paragraf ini makna takwa sungguh relatif. Dikatakan seorang yang
usai berbuat salah lalu sadar dan berkomitmen untuk tidak mengulanginya, sudah
pantas disebut takwa. Dalam satu sudut.
Melalui kacamata yang berbeda, saya
memandang keluwesan Quran terhadap takwa sedikit berbeda dengan paragraf
sebelum ini. Dalam lain wilayah, ketika sudah jelas terbaca bahwa perilaku
negatif juga termasuk bagian dari takwa, seakan tersirat motivasi yang istimewa
dari Tuhan. Adalah tentang trial and
error. Bisa jadi melalui ayat ini Tuhan bilang: mencobalah selalu,
salahlah, dan temukanlah. Kata yang sangat bijak. Pun itu adalah bagian dari
makna takwa. Takwa itu simpel: saat yang lainnya istikomah dalam kelurusan
orang lain, kita jatuh bangun mencari-cari kelurusan kita sendiri.
Darinya, saya juga teringat kisah
Lincoln. Presiden hebat AS yang hidupnya penuh dengan kata “trial and error”.
Satu kalimat yang sudah paten harus ada dalam setiap kehidupan calon
manusia-manusia istimewa (takwa).zev250913