Berita tentang Miss world 2013 di
Tribunjogja pagi ini membuat saya gerah. Satu momen yang seharusnya menjadi
kebanggaan tersendiri bagi Indonesia ini masih saja menuai banyak kotroversi.
Salah satunya adalah demo yang dimotori oleh Hizbut Tahrir Indonesia. Mereka
menolak diselengarakannya Miss World 2013 ini di Indonesia dengan alasan yang
bagi saya tidak objektif dan kurang jelas. Selain itu di tempat yang berbeda
FUI (forum Ulama’ Indonesia) juga tidak setuju jika acara gede ini dilaksanakan
di Indonesia. Lebih prihatinnya, semua itu mengatasnamakan agama.
Sepihak, saya jadi ingat catatan saya kemaren tentang rahmatan lil alamin. Kalau sudah seperti ini, apakah islam itu masih rahmatan lil alamin, toh masyarakat lain sulit untuk bisa merasa nyaman dengan kita. Pun yang membuat tidak nyamannya adalah dari golongan islam sendiri. Sedikitnya, saya yakin masyarakat dunia akan memandang sebelah mata Indonesia sebagai bangsa yang tidak mengapresiasi seni dunia. Padahal tidak seperti itu nyatanya.
Sepihak, saya jadi ingat catatan saya kemaren tentang rahmatan lil alamin. Kalau sudah seperti ini, apakah islam itu masih rahmatan lil alamin, toh masyarakat lain sulit untuk bisa merasa nyaman dengan kita. Pun yang membuat tidak nyamannya adalah dari golongan islam sendiri. Sedikitnya, saya yakin masyarakat dunia akan memandang sebelah mata Indonesia sebagai bangsa yang tidak mengapresiasi seni dunia. Padahal tidak seperti itu nyatanya.
Sejenak setelah saya membaca Tribun di
angkringan Sorowajan tadi, saya ingat kebiasaan tetangga-tetangga baru saya
ketika menunaikan jamaah di masjid. Konstruksi jamaahnya sangat unik dan bagi
saya pribadi, itu sungguh tidak pantas. Namun, selama saya jamaah di masjid itu,
semuanya baik-baik saja. Dan itu berlanjut sampai saat ini. adalah tentang
keadaan imam sholat. Imam sholat di sini tidak pandang bulu. Sering Imam sholat
memakai kaos oblong, switter, atau bahkan tidak mengenakan kopyah. Itu hal yang
lumrah. Praduga mereka tidak sebatas kulitnya saja. Hipotesisnya saya, mereka
seperti itu ada dua kemungkinan. Pertama, karena sudah budaya dan adat. Kedua,
karena mereka memandang seorang imam tidak dari luarnya tapi dari dalamnya.
Jamaah masjid dekat kontrakan saya selalu baik. Praduga nonkulitan sukses
membuat mereka semangat berjamaah.
Dan kira-kira itu. Saya yakin, antara
manfaat dan madlorot diselenggarakannya Miss World 2103 di Indonesia lebih
dominan pada manfaatnya. Minimal, masyarakat dunia akan mengenal Indonesia
lebih dalam. Budaya-budaya indonesia akan dikenal di mata dunia. Dan itu tidak
sebatas Bali saja. Selama ini yang dikenal bukan Indonesia tapi bali. Ini
adalah kesempatan untuk mengubah anggapan itu. Bali adalah bagian kecil dari
Indonesia. Sehingga ketika saya baca berita tentang diurungkannya bogor sebagai
tempat acara, saya sangat menyayangkan itu.
Kalau sudah seperti ini, kayaknya
konsep agama dan negaranya Tan Malaka perlu untuk di kaji kembali. Negara tidak
seharusnya terikat oleh doktrin agama yang terlalu mengikat. Apalagi Indonesia
tidaklah negara islam, banyak agama hidup dan berkembang di dalamnya. Akan
sangat tidak bijaksana jika negara menuruti kemauan satu agama yang terkesan
begitu egois menolak momentum yang langka ini. “Agama itu cukup di hati dalam
menghadapi modernitas sehingga tidak menjadi kambing hitam dari konflik-konflik
sosial yang semakin mengakar”, kata Tan.zev.080913
Tidak ada komentar:
Posting Komentar