Sore tadi, saya tidak tahu, soal-soal
mata kuliah Quran Hadist yang sebelumnya saya mengiranya paling sulit di antara
lainnya, ternyata malah berada di urutan kedua makul yang paling mudah. Keadaan
itu membuat saya lebih memiliki banyak kesempatan untuk mengikuti seminar
nasional di conventional hall UIN SUKA. Saya bisa keluar kelas lebih
cepat tujuh puluh lima menit dari waktu selesai ujian yang telah ditentukan.
Saya bisa mengikuti seminar tepat waktu.
Di tempat seminar
saya berfikir sejenak: di antara ratusan manusia yang hadir di sini adalah para
bintang-bintang dari daerahnya masing-masing yang diutus khusus untuk mengikuti
seminar nasional dalam rangka Pelatihan Kader Lanjut (PKL) pergerakan mahasiswa
islam Indonesia. Saya yakin sekali mereka bukan orang-orang biasa dengan
kehidupan yang biasa pula. Mereka manusia hebat, namun semuanya masih tidak
tahu, siapakah yang terhebat. Satu pertanyaan yang memenuhi pikiranku tadi
sore.
Dari pembukaan
rangkaian acara PKL ini, tidak banyak yang saya dapat. Ketidaktahuan membuat
saya terjebak dengan kesadaran naif saya. Seusai satu jam menikmati kebosanan,
saya baru sadar kalau ini bukan seminar yang terekam dalam benak saya. ini
pembukaan.
Tetapi dari sambutan
salah satu output PMII, saya lupa namanya, ada sesuatu yang baru dan
menarik sekali. Adalah tentang keyakinan untuk menjadi yang paling benar.
Selayang pikir, kesimpulan seperti ini hanya akan keluar dari mulut-mulut orang
yang sombong. Seakan dari ucapan itu, dialah yang paling benar dan semuanya
salah.
Namun, jika kita
berfikir lebih lama, ucapan tersebut sangatlah cerdas. Justru ketika kita
bilang dengan netral—kita itu benar bukan yang paling benar—itu yang keliru.
Jika kita memakai konsep benar saja, maka selain kita tidak ada yang benar,
semuanya salah. Dan keadaan seperti ini yang harus kita hindari.
Sebaliknya, jika kita
berkiblat pada ucapan tadi—kita harus yakin kalau kita yang paling benar—maka
masih banyak lagi diluar sana yang benar. Dan di antara semua kebenaran itu,
kitalah yang paling benar. Tidak mungkin ada ucapan: kita yang benar di antara
yang benar; yang ada malah: kita yang benar di antara yang salah, dan secara
tersirat ucapan ini menyimpulkan kalau semua selain kita adalah salah.
Hal di atas tidak
berbeda jauh dengan konsep ucapan mengenai agama. Islam bukan agama yang paling
benar, akan tetapi cukup dengan agama yang benar. Zev261013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar