Lokomotif itu ternyata berstasiun. Mungkin
satu kalimat itu yang pertama kali terbumikan dalam benak saya. Setelah sekian
lama harapan itu seakan tak bertepi, di detik ini, di malam ini, di hari ini,
di minggu ini, di bulan ini, di tahun ini, dan di angkatan ini terbukti sudah.
Harapan itu tertambat. Tambatan yang istimewa untuk segenap lapisan jajaran
Pesantren. Luar biasa. saya haru dibuat olehnya.
Masih
segar dalam ingatan saya: bagaimana wajah-wajah para rekan-rekan MQK saya di
angkatan tahun lalu tidak bisa tembus nasional serentak. Segala perasaan campur
ketika itu, antara kecewa, sungkan dan terpaksa bahagia sebagai bentuk
penghargaaan kita pada salah satu teman kita yang tembus nasional. Namun tetap
saja, rasa itu tidak merakyat.
Dan baru kali ini, saya merasakan
betapa memasyarakatnya rasa itu. Pun, saya yang tidak terlibat sama sekali dengan
pengorbanan mereka turut bisa merasakan rasa itu. terbayangkan dalam benak
saya, betapa harunya suasana panggung terakhir tadi pagi, berapa mata yang meluapkan
air matanya, berapa banyak mulut yang berkomat-kamit sepanjang pengumuman di
suarakan, dan berapa banyak juga hati yang bergetar hebat pra dan paska
momentum yang bagi saya saja sungguh istimewa ini.
Lagi-lagi
di sini, saya mengatakannya: pencapaian ini adalah efek positif. Iya efek
positif yang tersalurkan dari masing-masing peserta musabaqoh. Dari kata ini,
saya juga tidak menafikan tentang kekalahan-kekalahan mereka di tempo dulu,
saya juga tidak menafikan airmata-airmata yang menetes deras diangkatan
sebelum-sebelum ini. Dari semua itu, dari semua kekalahan-kekalahan yang
gandrung mereka alami sebelum ini, akhirnya menepi, menjadi satu kesatuan,
menjadi satu momentum: hari ini. Sehingga untuk semua usaha-usaha di masa lalu
dengan tujuan sebuah pencapaian, tetapi belum berhasil, iya inilah wujud nyata
dari semua usaha itu. Gresik juara umum. Mambaus Sholihin juara.
Seoalah, bagi mayoritas orang, malam
tadi adalah malam yang biasa, sangat biasa, dan bahkan malam yang membosankan. Ada
di luar sana, menghabiskan malamnya dengan menelpon orang-orang yang mereka
sayangi, ada yang semalaman hanya fokus dengan kartu bergambar londonya,
ada yang sibuk utak-utek blog barunya, ada yang lupa waktu karena
seorang yang sangat di sayangi berada di sampingnya, ada yang herak-herek;
ngalor ngidul menghabiskan BBM, dan lain sebagainya. Akan tetapi ada juga
jauh di luar sana yang sedang menangis tersedu memeluk semua harapan, mimpi,
dan doanya yang selama ini tak lepas dari sujud di tahajjudnya. Semua itu
bertepi. Lokomotif pengorbanan itu mempunyai stasiun, yang bisa jadi, selepas
pengumuman itu langsung bergegas untuk mimpi mereka yang selanjutnya, untuk stasiun
yang berikutnya: Nasional. Mambaus Sholihin untuk INDONESIA.zev.051013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar