Di
tengah-tengah kejengahan saya kemarin, saya dipertemukan dengan Ippo Santoso.
Iya, satu nama yang sangat tidak asing dalam benak saya. Dia adalah penulis
buku—Sepiring Inspirasi dari Langit—yang bisa dikata begitu bermanfaat
bagi pola pikir saya dulu. Akan tetapi, di sini, saya menemukan sesuatu yang
berbeda. Lebih tepatnya, hal itu berbeda dengan spekulasi tentang dia
sebelumnya. Apa yang dia sampaikan dalam video seminarnya membuat saya perlu
untuk mengaji ulang tentang penilaian saya terhadap bukunya selama ini.
Adalah
tentang kesimpulan singkat Ippo dalam tengah-tengah seminarnya. Itu dikatakan
bahwa jika seseorang ingin kaya secara
ekstrim, maka yang bersangkutan juga harus berani untuk bersedekah secara
ekstrim. Secara tersirat, hal tersebut sangatlah mendewakan materi. Dalam satu
wilayah, saya sepakat dengan semua prolog yang disampaikannya. Prolog-prolognya
begitu mengalir, provokatif, motivatif, dan inspiratif, namun boleh jadi, Ippo
lupa kalau tidak seharusnya yang menjadi tujuan utamanya adalah materi.
Masih
dalam ruangan ini, dikatakan juga olehnya: tanpa adanya materi, kita tidak akan
bisa total membantu kemajuan umat muslim dunia. Karena yang dunia rindukan
sekarang bukanlah semakin meningkatnya jumlah jamaah haji dan semakin
meningkatnya jumlah muslim yang bisa sekolah secara mandiri, tidak. Akan tetapi,
sesuatu yang dirindukan itu adalah tokoh-tokoh yang bisa menghajikan dan bisa
menyekolahkan orang lain. Iya, dalam hal itu, saya seiya-sekata dengan Ippo
Santoso.
Namun,
alangkah lebih baiknya jika sesuatu yang diprioritaskan itu bukanlah harta atau
kekayaan. Menurut saya, dalam hal ini—sedekah—sesuatu yang sebenarnya perlu
kita utamakan di dalamnya adalah hasrat untuk berterimakasih. Jadi, kita
melakukan hal tersebut bukan semata-mata karena ingin imbalan, tetapi hanya
ingin mengekspresikan serta membuktikan kalau kita benar-benar berterimakasih
atas semua nikmat yang pastinya semua orang memilikinya. Dan saya kira, keadaan
ini lebih bisa mengangkat derajat kita dari sekadar hasrat untuk meraup untung
yang sebanyak-banyaknya karena tidak semua orang bisa melakukannya.
Seperti
halnya sholat Dhuha. Menurut saya, sholat dhuha itu ada bukan sebagai wahana
spiritual untuk melancarkan rezeki seseorang. Namun, itu ada supaya kita senang untuk berterimaksih atas semua
yang sudah kita miliki. Meskipun hasrat untuk kaya itu tidak dilarang, meskipun
Tuhan itu juga kaya, dan meskipun kaya itu juga penting, tetapi saya rasa yang
lebih penting itu adalah bagaiman caranya agar kita tidak terlihat begitu materialistis
dihadapan-Nya. Manusia saja sangat enggan untuk mendekat dengan seorang yang
materialistis apalagi Tuhan. Toh walapun kita tidak menggebu meminta kaya
dengan sedekah, Tuhan pasti akan membalasnya juga. Zev271113
Tidak ada komentar:
Posting Komentar