Sebelum mencatat
beberapa catatan, ada beberapa sesuatu yang mengganjil dalam benak saya: sedari
dulu sampai kemarin saya selalu mendengar kesimpulan jika Quran itu multidimension—cocok
dengan segala waktu—tetapi mengapa masih saja dipertanyakan tentang ikut
tidaknya Quran dengan zaman? Padahal itu sudah jelas bahwa Quran pasti menyesuaikan
keadaan atau zaman. Hal tersebut akan kelihatan sangat lucu jika dikatakan
Quran itu multidimension, tetapi untuk merespon sebuah permasalahan
terkini masih saja menggunakan metode-metode klasiknya. Kitab-kitab klasik pun
belum tentu bisa merespon secara detail bagaimana cara sholat di Mars. Dan
itulah potret buram jika disimpulkan bahwa Quran tidak perlu untuk di-update.
Keganjilan kedua
yaitu apakah hanya dengan ikutnya Quran kepada keadaan atau zaman itu berarti
memupuskan sisi qodimnya? Saya menanyakan itu karena selama ini alasan
yang diberikan teman-teman di saat diskusi adalah tentang nilai abadi Quran
atau kekodiman Quran. Pun selain itu, sampai sekarang saya masih belum
mendengar penjelasan yang baik mengenai keadaan Quran dari satu masa ke masa
berikutnya, misalnya dari masa Nabi, masa Sahabat, masa Tabiin, hingga
masa-masa berikutnya. Jadi, jika ada sebuah kesimpulan yang menyatakan bahwa
dengan ikutnya Quran terhadap zaman itu sama dengan perubahannya, maka
pertanyaan yang harus dikemukakan adalah tadi: apa bentuk perubahan tersebut,
apakah itu benar-benar Quran secara mutlak atau hanya pemahaman akannya?
Entahlah.
Dalam wilayah lain,
sampai malam ini saya masih menemukan sebuah ketakutan yang menyatu dengan
dosen-dosen saya, baik di Inkafa maupun di UIN. Beliau-beliau seakan berat
untuk mengatakan jika Quran itu mengalir dengan zaman dengan alasan keabadian
Quran tadi. Akan tetapi, bagaimanapun juga—menurut pendapat saya—Quran harus
mengalir dengan zaman demi tercapainya satu kata: Quran itu khitob as-syari’
atau tidak terikat waktu dan tempat. Oleh karenanya, justru dengan keadaanya
yang abadi dan multidimension itulah Quran harus mengalir dengan zaman
bukan malah dijadikan sebagai alasan to say no.
Sederhananya, saya
mengibaratkan Quran itu adalah sebuah windows. Fungsi utama Quran adalah
sebagai way of life, sehingga yang perlu diprioritaskan adalah bagaimana
kita dengan mudah bisa memetik maksud Quran sesuai dengan apa yang dimaksud
Tuhan. Hal itu menempatkan pemahaman terhadap Quran berada di posisi teratas.
Jika kita hidup di tahun 2013 tetapi masih saja menggunakan pemahaman yang
populer di tahun 700 M. besar kemungkinan bukanlah kemudahan yang kita rasakan,
tetapi malah kesulitan. Dan di titik inilah Quran perlu mengalir dengan zaman.
Begitu juga dengan windows, manusia modern pasti akan merasa lebih mudah
dan senang dalam menggunakan windows terbaru dari pada menggunakan windows
jadul yang perlu berkali-kali klik untuk mendapatkan sesuatu yang dituju.
Dengan selalu meng-update pemahaman kita akan Quran dan menyesuaikannya
dengan kebutuhan zaman, Islam pasti akan benar-benar menjadi agama. Zev051113
Tidak ada komentar:
Posting Komentar