Kemarin saya telat
masuk kelas bahasa. Seperti biasa, kemalasan dan cuaca yang mengantukan menjadi
alasan rutin saya ketika telat. Di kelas, baru sekitar tiga puluh menit-an saya
duduk, dosen sudah meminta izin untuk break karena ada rapat mendadak
dari pihak fakultas. Hal itu sangat menyenangkan perasaan saya, bukan karena
saya bisa pulang lebih awal dari biasanya, tetapi karena dengan waktu yang
sangat singkat saya mendapat satu pemikiran lagi dari guru pemikiran saya itu.
Dalam kesempatan ini,
saya diajak berselancar di dunia paska remaja, yaitu dunia rumah tangga.
Sejenak, saya teringat hubungan asmara yang selama ini sudah saya jalin lama
dengan seseorang jauh di luar sana. Saya teringat itu bukan karena ada
kerinduan di dalam kelas, tidak. Akan tetapi, itu berhubungan dengan
perselingkuhan dalam sebuah hubungan. Hari ini saya mangguk-mangguk
entah untuk kali ke berapa karena kesimpulan yang barusan saya dapat: dalam
Islam, selingkuh itu sangat diperbolehkan.
Kesimpulan itu
berhulu kepada ayat-ayat yang menceritakan keadaan asmara nabi Yusuf AS dengan Nyonya Zulaikho. Sejarah menjelaskan
dengan jelas bagaimana cinta bisa membuat Zulaikho menenggelamkan bahtera rumah
tangganya sendiri yang ketika itu sedang dijalin dengan Pak Aziz. Zulaikho,
dengan menggenggam satu alasan—cinta—memutuskan untuk berselingkuh dengan Yusuf
yang telah mencuri seluruh hatinya. Dan ternyata cinta itu direspon oleh Yusuf:
cinta itu tidak bertepuk sebelah tangan, keduanya saling mencinta (12:24), dan
manifestasi dari rasa itu sudahlah jelas pula, yaitu rayuan-rayuan Zulaikho
yang menghiasi rumah mereka(12:23). Dan boleh jadi karena ada suatu
ketertarikan itu Zulaikho berani untuk mengajak Yusuf kepada momen yang paling
intim dalam sebuah perselingkuhan: bersetubuh. Akan tetapi itu tertolak.
Jika saya tarik ke
dalam ranah psikologi, maka hasilnya sesuai. Seorang cewek tidak akan pernah
berani untuk menindaklanjuti sebuah hubungan ke jenjang yang lebih intim jika respon
dari pihak cowoknya negatif. Jadi, jika disimpul balikkan, seorang cewek pasti
berani untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih intim kalau pihak cowoknya
memberi respon. Dan saya rasa hal itu juga dirasakan oleh Zulaikho dan Yusuf
sehingga hubungan keduanya pun berakhir dengan sebuah pernikahan yang paling
populer di kalangan muslim dunia (sampai terselip dalam doa-doa pernikahan
kebanyakan muslim).
Kisah cinta yang
terlukiskan apik dalam ayat-ayat Quran ini secara tidak langsung
menggambarkan bagaimana sebuah rumah tangga yang istimewa antara Yusuf dan
Zulaikho ternyata bermula dari sebuah perselingkuhan. Dalam satu wilayah dan
berbasis dengan hal ini, Islam tidak melarang adanya perselingkuhan. Dan saya
rasa kisah dari Quran ini sudah bisa mewakili dengan jelas bagaimana keduanya
saling menggebu dalam hubungan yang mereka jalin (12:24). Pun, itu bisa
dipastikan :keduanya sudah mengetahui jika Zulaikho sudah bersuami.
Satu bukti lain yang
sealiran dengan hal di atas adalah adanya sebuah pertemuan paska kejadian itu.
Setelah Zulaikho diusir oleh suaminya dan menggelandang di jalan tanpa harta
apapun, akhirnya mereka dipertemukan kembali dan menikah. Darinya, jika dipikir
dan dipikir kembali, tidak mungkin keduanya langsung memutuskan untuk menikah
jika sebelumnya belum pernah ada hubungan yang spesial. Dengan demikian
kesimpulan yang paling benar adalah keduanya sudah pernah memupuk cinta dalam
hatinya masing-masing. Dan semua itu terbingkai dalam Quran tanpa adanya
hukuman sama sekali. saya mengatakan sekali lagi: tidak ada hukuman yang jelas
tentang kisah perselingkuhan yang paling baik ini. Selayang pikir, Quran membenarkan hubungan
gelap yang terjalin di antara keduanya, tetapi masihlah semua itu berpayung
dengan illat hukumnya masing-masing. Islam itu tidak melarang sebuah perselingkuh.
Zev081113
Tidak ada komentar:
Posting Komentar