Jumat, 08 November 2013

Agamaku dan Perselingkuhan


Kemarin saya telat masuk kelas bahasa. Seperti biasa, kemalasan dan cuaca yang mengantukan menjadi alasan rutin saya ketika telat. Di kelas, baru sekitar tiga puluh menit-an saya duduk, dosen sudah meminta izin untuk break karena ada rapat mendadak dari pihak fakultas. Hal itu sangat menyenangkan perasaan saya, bukan karena saya bisa pulang lebih awal dari biasanya, tetapi karena dengan waktu yang sangat singkat saya mendapat satu pemikiran lagi dari guru pemikiran saya itu.
Dalam kesempatan ini, saya diajak berselancar di dunia paska remaja, yaitu dunia rumah tangga. Sejenak, saya teringat hubungan asmara yang selama ini sudah saya jalin lama dengan seseorang jauh di luar sana. Saya teringat itu bukan karena ada kerinduan di dalam kelas, tidak. Akan tetapi, itu berhubungan dengan perselingkuhan dalam sebuah hubungan. Hari ini saya mangguk-mangguk entah untuk kali ke berapa karena kesimpulan yang barusan saya dapat: dalam Islam, selingkuh itu sangat diperbolehkan.
Kesimpulan itu berhulu kepada ayat-ayat yang menceritakan keadaan asmara nabi Yusuf AS  dengan Nyonya Zulaikho. Sejarah menjelaskan dengan jelas bagaimana cinta bisa membuat Zulaikho menenggelamkan bahtera rumah tangganya sendiri yang ketika itu sedang dijalin dengan Pak Aziz. Zulaikho, dengan menggenggam satu alasan—cinta—memutuskan untuk berselingkuh dengan Yusuf yang telah mencuri seluruh hatinya. Dan ternyata cinta itu direspon oleh Yusuf: cinta itu tidak bertepuk sebelah tangan, keduanya saling mencinta (12:24), dan manifestasi dari rasa itu sudahlah jelas pula, yaitu rayuan-rayuan Zulaikho yang menghiasi rumah mereka(12:23). Dan boleh jadi karena ada suatu ketertarikan itu Zulaikho berani untuk mengajak Yusuf kepada momen yang paling intim dalam sebuah perselingkuhan: bersetubuh. Akan tetapi itu tertolak.
Jika saya tarik ke dalam ranah psikologi, maka hasilnya sesuai. Seorang cewek tidak akan pernah berani untuk menindaklanjuti sebuah hubungan ke jenjang yang lebih intim jika respon dari pihak cowoknya negatif. Jadi, jika disimpul balikkan, seorang cewek pasti berani untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih intim kalau pihak cowoknya memberi respon. Dan saya rasa hal itu juga dirasakan oleh Zulaikho dan Yusuf sehingga hubungan keduanya pun berakhir dengan sebuah pernikahan yang paling populer di kalangan muslim dunia (sampai terselip dalam doa-doa pernikahan kebanyakan muslim).
Kisah cinta yang terlukiskan apik dalam ayat-ayat Quran ini secara tidak langsung menggambarkan bagaimana sebuah rumah tangga yang istimewa antara Yusuf dan Zulaikho ternyata bermula dari sebuah perselingkuhan. Dalam satu wilayah dan berbasis dengan hal ini, Islam tidak melarang adanya perselingkuhan. Dan saya rasa kisah dari Quran ini sudah bisa mewakili dengan jelas bagaimana keduanya saling menggebu dalam hubungan yang mereka jalin (12:24). Pun, itu bisa dipastikan :keduanya sudah mengetahui jika Zulaikho sudah bersuami.    
Satu bukti lain yang sealiran dengan hal di atas adalah adanya sebuah pertemuan paska kejadian itu. Setelah Zulaikho diusir oleh suaminya dan menggelandang di jalan tanpa harta apapun, akhirnya mereka dipertemukan kembali dan menikah. Darinya, jika dipikir dan dipikir kembali, tidak mungkin keduanya langsung memutuskan untuk menikah jika sebelumnya belum pernah ada hubungan yang spesial. Dengan demikian kesimpulan yang paling benar adalah keduanya sudah pernah memupuk cinta dalam hatinya masing-masing. Dan semua itu terbingkai dalam Quran tanpa adanya hukuman sama sekali. saya mengatakan sekali lagi: tidak ada hukuman yang jelas tentang kisah perselingkuhan yang paling baik ini.  Selayang pikir, Quran membenarkan hubungan gelap yang terjalin di antara keduanya, tetapi masihlah semua itu berpayung dengan illat hukumnya masing-masing. Islam itu tidak melarang sebuah perselingkuh. Zev081113


Tidak ada komentar:

Posting Komentar