Satu
hal yang perlu diketahui sebelum pembahasan mengenai penggunaan metode konversi
adalah tentang proposisi. Itu disebabkan karena pembahasan konversi tidak bisa
lepas dari fungsi proposisi. Proposisi adalah tulang rusuk dari konversi dan
begitu juga bagi yang lainnya. Sehingga bagaimanapun juga pemahaman tentang
proposisi harus lebih didahulukan.
Proposisi
secara sederhana dibagi menjadi empat katagori, yaitu:
1.
Proposisi
universal
2.
Proposisi
partikular
3.
Proposisi
affirmatif
4.
Proposisi
negativ
Dan
dari keempat katagori tersebut dilebur lagi menjadi beberapa proposisi baru
yang nantinya hal inilah yang menjadi punggung dalam metode konversi, semua itu
adalah:
1.
Proposisi
universal affirmative, dengan lambang A.
2.
Proposisi
universal negative, dengan lambang E.
3.
Proposisi
particular affirmative, dengan lambang I.
4.
Proposisi
particular negative, dengan lambang O.
Sehingga
berangkat dari uraian diatas metode konversi bisa dipahami lebih lancar.
Kemudian dari keempat lambang di atas:
A, E, I, dan O, bisa dikelompokkan lagi menjadi dua bagian. Pertama bagiannya
E, I, dan kedua bagiannya A, O. Pada bagian pertama, konversi bisa digunakan
tanpa syarat dan langsung bisa menghasilkan kesimpulan yang tepat. Misalnnya:
a.
Proposisi
E, antara premis dan kesimpulan—yang juga disebut sebagai term satu dan
dua—sama-sama universalnya:
-
Premis :
semua mahasiswa semester satu bukanlah PNS.
-
Kesimpulan : Semua PNS bukanlah mahasiswa semester satu.
b.
Proposisi
I, antara term satu dan term dua sama-sama partikular—ditandai dengan kata
sebagian—seperti:
-
Premis : sebagian nelayan adalah ustadz. (term
pertama)
-
Kesimpulan
: sebagian ustadz adalah nelayan. (term kedua)
Kedua
proposisi di atas, tanpa berfikir detail pun kesimpulan bisa didapat dengan
mudah dan simpel. Jika memang premisnya atau term pertamanya sudah masuk akal
dan tepat, maka kesimpulan yang dihasilkan sudah pasti sesuai dan tepat.
Selanjutnya adalah bagian kedua:
proposisi A dan O. Pada proposisi A, itu bisa melahirkan sebuah kesimpulan jika
kalimat yang kedua pada proposisi itu dirubah menjadi partikular—yang mulanya
universal—karena kalau tidak dirubah akan menimbulkan kerancauan dalam penarikan
kesimpulannya. Contoh:
a.
Proposisi
A:
-
Premis
: semua ikan adalah berenang.
-
Kesimpulan
: semua yang berenang adalah ikan. (kesimpulan yang rancau)
Kesimpulan
tersebut tidaklah tepat karena subjeknya—semua yang berenang—belum dirubah ke
bentuk partikular. Jadi, seharusnya yang benar adalah:
-
Kesimpulan
: sebagian yang berenang adalah ikan. (subjeknya diganti menjadi
partikular)
b.
Proposisi
O: dalam konversi, proposisi ini tidak bisa digunakan. Karena bagaimanapun juga
kesimpulan yang akan dihasilkan darinya pasti tidak masuk akal, misalnya:
-
Sebagian
malaikat bukanlah pencabut nyawa.
-
Sebagian
pencabut nyawa bukanlah malaikat. (tidak bisa diterima)
Dan
dari contoh itu, bisa disimpulkan bahwa proposisi O tidak bisa menghasilkan
kesimpulan yang bisa diterima akal.
Dan pada akhirnya, melalui beberapa
proposisi dalam metode konversi, bisa dikata bahwa konversi adalah salah satu
cara termudah untuk memperoleh kesimpulan dengan cepat dan tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar