Ada
beberapa kalimat yang musti diekspose Jawa Pos ketika ada tokoh-tokoh dunia
yang meninggal dunia, yaitu tanda-tanda kematian. Dan hal itu terkira bukan
hanya Jawa Pos, semua media boleh jadi seperti itu adanya. Karena itu tak luput
dari satu tujuan: being interested. Dalam hal ini, sesuatu itu ada di Jawa
Pos—barusan edisi kemarin—mengenai satu tanda kalau Paul Walker sebentar lagi
akan meninggal dunia. Itu diwakili dengan salah satu liputan yang
mendeskripsikan bagaimana jawaban Paul Walker terhadap Romance—pemeran
Hans—dalam film Fast Furios 7. Paul Walker yang dalam filmnya menjadi O’Conner
itu menjawab: mungkin ada satu lagi pemakaman.
Dalam versi
Jawa Pos, kalimat dalam film itulah yang menjadi satu-satunya symbol menjelang
kematian Paul Walker. Selayang pandang, jika hal itu dibiarkan terus-menerus,
sehingga media selalu membuat ramalan atau prediksi dibalik kematian seseorang,
maka dampaknya adalah kepada pemikiran konsumen. Karena terlalu banyaknya media
yang yag mendeskripsikan seolah-olah memang hal itu adalah benar dan bisa
dijadikan suatu rujukan untuk sesuatu yang lebih komunal.
Lebih
detailnya, seandainya hal yang sebenarnya ganjil itu tidak sering diekspose
dalam media, seseorang atau konsumen pasti tidak akan membenarkan hal tersebut
dan hanya menganggap itu adalah kebetulan saja. Akan tetapi karena media
terkesan mencari-cari hal ganjil tersebut dan konsisten dalam pemberitaannya,
maka sesuatu yang mulanya abstrak di mata konsumen itu menjadi suatu yang tidak
tabu lagi. Dan bahkan itu menjadi suatu pemikiran bagi kalangan tertentu.
Seolah kalau ada seseorang yang sudah terlanjur bilang sesuatu yang merujuk
kepada kematian, pasti ada ketakutan tersendiri yang terbesit dalam benaknya,
kemudian secepat mungkin dia meralat ucapannya tadi. Dengan demikian, dari
gambaran sederhana itu—sampai pada munculnya ketakutan sampai adanya ralat
ucapan—bisa disimpulkan kalau efek pembodohan media ini sukses menipu
masyarakat.
Merespon
itu, alangkah lebih profesionalnya media dan masyarakat jika tidak terlalu
menganggap sesuatu dibalik sesuatu itu adalah suatu hal yang benar tanpa adanya
klarifikasi dan prinsip tertentu. Dan hal itu juga bisa teratasi andai
media-media tidak mengada-ada sesuatu yang tidak ada dan meniadakan sesuatu
yang ada. Meskipun itu adalah bagian dari salah satu prinsip media, namun minimal
ada sebuah ikhtiyar di dalamnya. Sehingga sakralnya sebuah kematian masihlah
akan terjaga sampai suatu saat nanti. Zev081213
Tidak ada komentar:
Posting Komentar