Tampilkan postingan dengan label motivasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label motivasi. Tampilkan semua postingan

Rabu, 16 Oktober 2013

Nasionalisme Bapak Marzuki


Saya tidak tahu, apakah sebutan saya kepada Bapak Marzuki sebagai seorang Nasionalis ini benar atau tidak. Saya kali pertama kenal sesosok seperhatian beliau ini juga barusan tadi. Saya dikenalkan oleh keluarga baru saya: KPMRT. Komunitas tempat mahasiswa-mahasiswa se-Jogjakarta saling berbagi. Hanya karena alasan sreg dan tidak, saya menyebut Bapak Marzuki ini sebagai seorang Nasionalis Jogja.
Latar belakang motivasi saya menulis tentang beliau malam ini adalah tentang pemikiran unik beliau. Dalam ranah pemikirannya, beliau mengecam para mahasiswa yang hanya belajar dibangku kuliah. Beliau mengibaratkannya seperti memasak. Untuk bisa membuat satu masakan, kita membutuhkan banyak sekali sesuatu untuk dimasak. Bukan hanya garam atau nasi. Dan disini Bapak Marzuki mengibaratkan kuliah adalah tempat kita kulakan garam. Sehingga apakah masakan akan tersaji jika kita hanya mengandalkan garam.
Dan di sinilah fungsi sesuatu-sesuatu lainnya. Dan sesuatu itu dalam dunia kampus biasanya disebut dengan kegiatan ekstrakulikuler. Di sinilah kita bisa kulakan berbagai macam sesuatu untuk dimasak. Dengan demikian, ketika kita sudah bisa kulakan segala keperluan untuk memasak, masakan yang direncanakn akan tersajikan sesuai harapan. Kampus saja tidak cukup untuk menjawab dinamika permasalahan zaman.
Dalam hal yang sama, Bapak Marzuki dengan keyakinannya menyimpulkan bahwa, apapun yang ekstra itu bukan berarti harus dinomorduakan dan yang intra itu diprimerkan. Sangat mungkin sekali kegiatan ekstrakulikuler kampus malah menjadi sesuatu yang sangat primer. Pun tidak tertutup kemungkinan, sesuatu yang selama ini dipandang sebagai intra, sangat urgen, dan primer malah perlu disekunderkan.
Kesimpulan itu berbasis kepada asal mula gudang keilmuan yang tersedia dikampus. Semua disiplin ilmu yang telah ada di kampus manapun itu tidak bisa lepas dari penelitian. Untuk merumuskan satu kesimpulan tentang suatu ilmu, dibutuhkan penelitian. Penelitian pasti mempunyai objek yang diteliti. Objek yang diteliti adalah masyarakat. Masyarakat hidup secara live di lapangan. Jadi, kesimpulannya: ilmu yang ada di kampus manapun itu adalah berasal dari lapangan. Sehingga alangkah beruntungnya kita, jika kita bisa langsung belajar atau kulak dari sumber penelitian: lapangan. Ilmu sumber tersebut tidak akan pernah ada dalam kampus. Itu masuk wilayah lapangan.
Dalam bahasa saya sendiri, antara ilmu kuliah dan ilmu lapangan tidak bisa terpisahkan. Meminjam istilahnya Bapak Amin Abdullah: keduanya seperti normativitas islam dan historisitasnya. Keduanya perlu dipadukan, dan terjawablah persoalan-persoalan yang setiap hari semakin pelik.

Saya sangat tertarik dengan Bapak Marzuki. Pertemuan singkat tadi sore menjelang magrib mengenai rencana apologi kepada para petani Kulonprogo yang akan terampas haknya, menyisakan sesuatu dalam benak saya. Beliau seperti jembatan yang menghubungkan antara peran mahasiswa dengan kebutuhan petani. Aksi mahasiswa diperlukan dalam hal ini. Minimal, dengan turunnya aksi, para petani masih bisa bernafas dengan penuh kepercayaandiri karena masih ada yang mendukung mereka. Mereka semua membutuhkan dukungan, uluran, dan bukan sekedar doa. Bapak Marzuki berperan penting dalam hal ini.zev161013 

Selasa, 08 Januari 2013

MISSION FAILED



Kegagalan kelihatannya adlah rencana alam untuk mempersiapkan kita menghadapi tanggung jawab besar
(Napeleon Hill)
 

            Seorang seniman pasti akan bilang  “bagaikan warna hijau tanpa kuning”, ketika mereka mendengar atau bahkan melihat kesuksesan yang tidak diawali dengan kegagalan. Pun diantara keduanya tanpa arti hadir sebuah tantangan akan pincang pula satu paket sukses diatas.  Kalau dalam bahasa kebudayaannya kuntjaraningrat (1974) itu menyederhanakan bahasa budaya seperti kombinasi antara religi dan upacara keberagamaan, antara teori dan aplikasi. Dan tantangan disini adalah laksana upacara keberagamaan dari sebuah kegagalan. Kegagalan hanya sebutan belaka, nama belaka, tanpa tantangan, rintangan, perjuangan, dan pengorbanan kegagalan tak lebihnya adalah khayalan akan ketakutan.
            Satu frame sewarna dengan itu adalah Abraham lincoln, salah satu presiden tersukses negara Amerika. Berulang  kali dia gagal dalam bisnis, berulang kali juga gagal terpilih menjadi anggota kongres dan senat, sampai-sampai dia punya draft kegagalannya sendiri. Hingga pada akhirnya di tahun 1860 ia terpilih sebagai presiden ke-16 Amerika Serikat, dan mengukir sejarah yang memukau untuk bangsa Amerika. “Jika anda ingin meningkatkan kesuksesan anda, gandakan tingkat kegagalan anda”, bahasa Thomas Watson senada dengan kisah hidup Lincoln.
            Seperti halnya dengan mengayuh becak semakin capek kita dengan cepat menggayuh becak semakin banyak pula pelanggan yang suka dengan becak kita, secara materil tak ada di dunia yang tak diperhitungkan, apapun itu. Apalagi disini kalau kita membicarakan mengenai “timbal balik”, pasti semuanya diperhitungkan. Sama halnya dengan sukses,  kesuksesan itu mahal sekali harganya, uang pun tak cukup kiranya untuk membeli paket kesuksesan itu. Kemudian pertanyaannya kalau uang pun tak bisa membeli, dengan apakah kita membelinya? satu jawaban yang simpel dengan “kegagalan”. sukses berjalan dari satu kegagalan ke kegagalan selanjutnya tanpa menghilangkan antusisame seseorang sedikitpun. Betapa sulitnya ketika kita berusaha menghadapi tantangan, dan betapa resahnya untuk bangkit dari sebuah kegagalan, adalah jawaban dari pertanyaan tadi. Pahitnya kesulitan yang hampir tiap hari kita rasakan adalah harga yang pas untuk membayar  kesuksesan kita kelak. Dipungkiri atau tidak orang-orang hebat adalah yang menganggap kesulitan sebagai tantangan dan perjuangan sebagai teman.
Kembali pada inti pembahasan, menganalisa seperti itu, tidak terlalu ekstrim tampaknya ketika dikatakan “bukanlah seorang pelajar jika belum pernah gagal”. Satu poin inti dari situ adalah tentang gagal itu sendiri. Dalam paragraf ini “gagal” perlu disakralkan, sebab seseorang tak akan pernah bisa menyentuh gagal ketika dia belum pernah mencoba. Pun untuk mencoba tak semudah kita memasukkan bola ke gawang. Seolah ketika ada keinginan bulat untuk mencoba bayang-bayang akan “gagal” tadi malah muncul dan menghalangi siapapun itu untuk memulai. Perihal kegagalan memang susah-susah gampang dan hanya orang-orang yang punya mimpi-lah yang bisa merasakan indahnya satu kata sakral itu.
Seorang pelajar, berbeda dengan siswa. Cukup signifikan perbedaannya. Dalam hemat penulis seorang siswa sebatas dalam bangku sekolah dia belajar, tapi bagi seorang pelajar dari manapun, apapun dan siapapun itu dia bisa belajar. “Kita semua tidak pernah salah, karena kita sedang belajar”, satu prinsip hebat rancangan Doni dhirgantoro itu seharunya layak diajukan sebagai motto pendidikan modern dewasa ini. Tak ada yang salah didalamnya, semua unsur yang terkandung dalam paragraf-paragraf sebelum ini semua termuat didalamnya. Ketika dalam benak pelajar ada bayangan mengerikan akan “salah” tadi, sudah, semua menjadi mandul, tak akan ada karya, tak akan ada ekspresi, dan tak akan ada nyali. Semua sirna, mimpi pun hanya jadi angan, bahkan film sang pemimpi pun akan sungkan untuk menayangkan episode yang berikutnya, sungguh luar biasa. Di ruang dimensi waktu yang berbeda Marva Collins salah satu pendidik tersukses dengan metode klasiknya untuk pelajar-pelajar miskin amerika, dalam suatu buku pernah mengatakan “if you cant make a mistake, you cant make anything”, kalau boleh disederhanakan, sebuah kesalahan adalah wajib buat para pelajar. Tak ada kesalahan tak ada pelajar.
Kegagalan selalu diawali dengan perjuangan, dan dalam kamus seorang pelajar tak akan ada pejuangan tanpa pengorbanan. Bukanlah sebuah kegagalan kala didalamnya tiada kesulitan, atau itu tak lebihnya adalah sebuah kebodohan. Kehidupan dikatakan hidup kala setiap hari kita punya beragam warna didalamnya, semakin dini warna hitam pekatnya kesulitan, dan pengorbanan semakin baik dan cerah pula jangka panjang yang akan kita rasakan kelak. Waktu Tuhan jauh berbeda dengan waktu makhluknya, Tuhan lebih tau apa yang terbaik dan terindah buat kita dalam jangka panjangnya, sedang manusia hanya sebatas besok, lusa dan minggu depan. Apapun yang terjadi dan bagaimanapun kesulitan yang disuguhkan pada kita, itulah yang seharusnya kita nikmati dan syukuri, karena hanya dengan itu kita bisa membayar mahalnya sebuah kesuksesan jangka panjang kita. Dan untuk para pelajar tersenyumlah pada setiap apapun itu yang terjadi, semakin sulit itu, semakin lebarkanlah sunggingan senyummu.semangat…/ipoenk  

YANG MEMBUAT KAMU MENJADI KAMU



Biarkan keyakinan kamu 5 cm menggantung mengambang didepan kening kamu. Dan sehabis itu yang kamu perlu …Cuma…

     Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering lebih melihat ke atas, lapisan tekat yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya serta mulut yang akan selalu berdoa.
            Dan kamu akan selalu dikenang sebagai seorang yang masih punya mimpi dan keyakinan, bukan Cuma seonggok daging yang hanya punya nama. Kamu akan dikenang sebagai seorang yang percaya pada kekuatan mimpi dan mengejarnya. Bukan seorang pemimpi saja, bukan yang tanpa tujuan mengikuti arus dan kalah oleh keadaan. Namun seorang yang percaya akan keajaiban mimpi, cita-cita dan keyakinan manusia yang tak terkalkulasikan dengan angka berapa pun.
            Dan kamu tak usah perlu bukti, apakah mimpi itu akan terwujud atau tidak. Karena kamu hanya harus percaya itu.
            Percayalah pada mimpi didepan kening kamu…