Selasa, 29 Januari 2013

DARI SQUIDWORD MENJADI PLANKTON



    Pagi ini seperti biasa, mentari bersinar redup malu dan menutup dirinya dengan awan yang pagi ini menjelma menjadi selimut yang empuk bagi mentari. Burung-burung yang biasanya berkicau layaknya twitter di setiap awal sebuah hari juga lebih memilih untuk mencari makan dari pada harus bercicit-cuit senda gurau, laksana sebuah pengikut yang setia bagi tuannya, mereka turut merasakan kehilangan yang luar biasa pagi ini.
          Mendung pagi seolah enggan untuk merayap ketempat lain, mentari pun seolah mengangguk pasrah dengan keputusan mendung, semua serba menyimpan diam masing-masing, tak ada yang berdialog, dan tak ada yang bisa diajak dialog. Dilematika pun bukan lagi untuk manusia-manusia muda, dilema sekarang sudah menjadi tren kerajaan langit untuk mendukung maupun malah menghina bangsa kita. Mendung tak kunjung hilang dari bumi Mambaus Sholihin, “ada apa gerangan?”
          Dipagi yang menyapa dengan hembusan sejuk disetiap relung semua santri tak bisa menyembunyikan kekecewaan pengurus yang luar biasa. Barusan saja ketika para pengurus sudah mulai terbiasa dengan lelucon-lelucon squidword yang semakin mengebiri satu pihak, lelucon-lelucon baru malah silih berganti berdatangan, bagaikan antrian santri tadi malam untuk mendapat sesuap nasi yang seolah tak bertepi dalam acara Maulud nabi versi 2013 ala Mambast.
          Dan akhirnya sejarah terulang kembali, ntah untuk ke berapa kalinya. Setiap ada lelucon baru dan menghampiri pagi sudah dapat dipastikan, satu hari penuh hari itu tak akan lepas dan jauh-jauh dari pembahasan squidword. Dan hari ini tragedy “guyoknow wong” itu terjadi. Andaikan disemua sudut bangunan Mambaus Sholihin ini bisa mengeluh, pasti sudah lebih dari bosen mereka mendengar dan meresapi semua tentang squidword.
          Berawal dari lelucon kemaren senja, teriakan para pengurus pecah dalam hati mereka masing-masing. Para pengurus yang tampak tergopo-gopo hingga ketinggalan tidak berjamaah, dengan berat hati harus merelakan mahkota organnya, rambut. Lelucon squidword membabi buta tanpa harus tahu ada apa gerangan, kok bisa telat. Seakan semua dari pengurus adalah hitam, tanpa celah putih sedikitpun. Tanpa harus tahu menahu kalau dalam formal pun antara spongobeb dengan squid word adalah sama-sama sebagai jongos mr.krab, tanpa harus ingin menahu kalau spongebob juga capek membolak-balik daging buat krabbypatty, tanpa harus tahu kalau untuk memasak buat pelanggan itu lebih repot dari pada kasir yang orisinilnya hanya memantau dan senyum tugasnya, tidak lebih.
          Dan hari ini, kabar berhembus dari semua warga mambaus Sholihin, lelucon minggu ini bukan dari squidword lagi, plankton pun turut intervensi menjadi lelucon terupdate diseantero bikini bottom, mengalahkan lugunya seorang patrik. Berpengurus pun harus diurus, sudah diurus harus disalahkan, tanpa harus tahu salah atau tidak, ngopi tidak ngopi disalahkan, keluar tidak keluar disumpah, ngaji tidak ngaji di sinisi, telat sedikit dipetali. Sungguh, bumi bikini buttom bergetar melihat spongebob yang di intimidasi oleh satu rekan kerjanya, squidword. Dan untuk segenap warga Mambaus Sholihin, kita doakan saja spongebob beramai-ramai, biar tahan dan tabah dengan lelucon-lelucon plankton, oke…./ipoenk24012013
          

DIBALIK AWAN DAMSIK


“Who is ur god”.“Allah”.“Who is ur god”“ALLAHU ROBBI”.“BUGG, aaaaaarghhh”, desah salah satu oposisi yang mengeram menahan sakit yang luar biasa.

Satu potret kehidupan miris bangsa timur tak lebihnya bisa di ekspresikan dengan sedikit cuplikan bahasa cerpen diatas. Namun, tak ubahnya seekor kucing yang tertindas dijalan perkotaan, bangsa kita hanya berpangku tangan memandang fakta pahit 2012 ini. “Hiii tega banget ya iran sampek seperti itunya memanjakan manusia, padahal sama-sama muslimnya, tidak berperikemanusiaan blass”, orang jakarta bilang dengan sedikit meluapkan kekecewaan pada temannya. “Ya allah ikuw uwong reg, sampek koyok ngono, ikuw masjid cah, makame nabi dzulkifli, kok isokk sampek di uyohi barang”, ungkap orang-orang jawa asli. Ya, tak lebihnya hanya itulah sumbangsih kita akan penderitaan mereka-mereka di kolong langit syiria.
Lingkup lain,  bukan hanya seperti itu versi berpangku tangan yang harus kita ritualkan. Bagi kita yang tak enggan berfikir, kejadian unik nan nyata oleh kalangan muslim timur tengah ini layak untuk kita jadikan frame untuk merenungi 66 tahun indonesia merdeka. “nduh kok bisa lo”, mungkin itu pertanyaannya. Pertama, secara mudah dan praktisnya, tragedi damsik ini merupakan sebuah penjajahan oleh bangsa sendiri dimana itu tidak terlalu jauh dengan keadaan kita silam, ketika kakek nenek kita dilanda krisis apapun dan hanya bisa menerima penderitaan yang membingkai sebuah kepedihan yang luar biasa. Pun seperti itulah yang dirasa bangsa oposisi damsik. Dari situ tak cukuplah kalau kita hanya memandang perjuangan mereka saja, cobalah kita flashback pada era pra kemerdekaan, selama 360 tahun lebih bangsa ini terjajah, sudah berapa kilogram darah martir kita yang tumbang merebut tanah air ini. Dan ketika perasaan nasionalisme itu sudah terkover dihati manusia indonesia masing-masing, penulis yakin kalau versi berpangku tangan kita untuk berbagi dengan mereka akan auto-upgrade kepada sesuatu yang lebih bisa mereka rasakan. “kejadian ini adalah gambaran indonesia 1940 silam”, simpul salah satu sejarawan bangsa.
Tidak cukup demikian, berbongkah doa pun seakan tidak mampu mengurangi sedikit penderitaan mereka. Tidak akan ada sentuhan secara langsung jika hanya doa dan doa yang kita persembahkan. Disini bukan maksud penulis memandang miring akan kehebatan sebuah doa, namun alangkah lebih baiknya jika kita turut menganalisa dan berfikir, sebenarnya apa yang mereka inginkan dari kita. Apakah hanya doa? Ataukah sumbangsih tenaga maupun harta? Tampaknya bukan, toh sesuai dengan yang pernah diwartakan mereka menikmati semua itu, mereka berjuang dan bahagia. Dalam satu kacamata mereka hanya ingin berteriak kepada dunia bahwa musuh mereka selama ini bukanlah lagi dari golongan syiah yang notabenya adalah seiman dan seislam, bukan. Tapi semua darah yang tumpah meresap disetiap bumi damsik dan hembusan nafas pejuang-pejuang muslim yang mengudara dibalik awan damsik adalah perbuatan orang-orang majusi. Yang pasti tiadalah mereka selain MAJUSI”, seperti itulah syaikh Ali As-Shobunni berkoar-koar menepis semua anggukan dunia yang usai serempak mengeberikan orang-orang syiah.
Dalam kelas lain, tregedi perang syiria ini seakan adalah bentuk nyata dari isu-isu tentang kiamat yang sempat booming penghujung tahun 2012. Dan untuk menanggapi itu penulis bisa se-iya dengan pendapat itu. Sebab kala kita lebih perinci memperhatikan kejadian di damsik, kita akan menemukan gambaran-gambaran kecil kiamat yang selama ini banyak ditulis dipelbagai buku buku bacaan. Pertanyaan seperti diawal paragraf pembuka artikel ini misalnya,  bukanlah saat Dajjal kali pertama muncul membawa racun dan madu, dengan pertanyaan seperti itu. Barang siapa tidak mengakui kalau tiada TUHAN selain dajjal akan dibunuh, dan jika sebaliknya akan mendapatkan akselerasi kemerdekaan. Pers-pers dunia pun turut megekspos tragedi ironi tersebut, seolah dengan itulah suara dajjal bisa menggaung hingga sampai pada pelosok desa Kerek Tuban, memberitahukan pada dunia kalau Allah bukanlah Tuhan. Namun, mengetahui seperti itu ternyata respon dunia malah jauh dari harapan. Dunia menganggap semua itu adalah karya tangan sesame muslim di    Timur Tengah sana, nama islam tercoreng begitu hitam meliputi awan damsik, berharap ada sesosok imam Mahdi yang bisa mengubah semua derita-derita mereka.
          Sehingga disini enyahlah, tak banyak bisa dikata. Dan mungkin air mata mereka bisa katakan lebih banyak harapan dari semua pesan yang disampaikan oleh kata. Setidaknya di Tahun 2013 ini , bukan hanya spiritual dan materi saja yang kita sumbangkan kepada mereka, namun intelejensi untuk menyikapi semua itu juga perlu, minimal sebagai stimulus untuk bisa tulus memberi simpati terhadap saudara damsik kita yang saat ini terjajah jahat. Pun perlu di ketahui bukanlah sesama muslim yang se-kitab, se-hadis yang tega membumi hanguskan jiwa dan gaung mereka selaku manusia, namun seseorang yang tak manusia itulah yang berdikari sebagai DAJJAL 2013.  Untuk kita, berfikirlah dan kita berjuang…….../ ipoenk23012013
          

Selasa, 08 Januari 2013

DOSENKU SEPERTI LUMIA 800


ketika kita sedang melihat kereta api dalam keadaan mempunyai masalah dengan kampus, banyak kemungkinan pikiran kita akan mengikat sedikit spekulasi tentang kereta tersebut.
terdapat banyak sekali gerbong yang mengekor dibelakangnya bahkan ditambah berapapun gerbongnya masihlah elok dan layak disebut dengan ka. yang lajunya begitu cepat, namun semua itu tergantung pada satu gerbang paling depan, yaitu gerbong mesin.

begitupun dengan dosen, megahnya kampus, dan lengkapnya fasilitas tanpa banyak tanda tanya kita pasti akan mempunyai asumsi yg sama dengan kereta api diatas. dosen bagai gerbong mesin, yang bagaimanapun juga arti hadirnya adalah yang menentukan jalan tidaknya belasan gerbong di belakangnya. dapat diambil kesimpulan bahwasanya sekecil apapun sebuah universitas, itu tergantung pada manusia yang bernama dosen ini.
                       
tapi ketika kita sadar dan terbangun dari mimpi mimpi kita, banyak mahasiswa yang bukan kualitas dosennya yang mereka jadikan almameternya namun malah seberapa tenarkah kampus mereka. ironis memang, satu aspek mendukung bahwa kecondongan mereka terhadap kuantitas kampus memang sangatlah wajar. karena sulit dirasa kalau kampus berkelas enggan menerima dosen-dosen yang tidak berkualitas.

aspek lain, hal seperti ini pun ternyata memicu kesenjangan sosial. tak sedikit fakta yang mengutuk bahwa kampus level teri hanya berdosenkan guru-guru yang tak berkualitas. dan terpantik dari situ, dalam hal ini tidak ada pihak yang salah dan menyalahkan, semua serba dilema.

menindaklanjuti problema itu, saat ada keputusan vonis "tak ada yang harus disalahkan", bukan berarti tulisan ini harus cukup sampai disini, tidak. namun, dalam masalah ini harus ada pihak yang merasa salah yang "future implikasinya" nanti adalah sebagai problem solving atas dilematika yang terjadi.

ada ungkapan sederhana namun nylekit, "skg teknologipun sudah bisa menggantikan dosen, apalagi dosen yg killer", andai penulis dosen pasti akan saya tambah "skg dosen pun lebih suka seperti wp 7 nokia lumia 800, hehe"
pertanyaannya, kenapa sampai segitunya para dosen di pandang satu mata? jawaban pertama, karena dosen dosen skg apalagi yang di naungi oleh institusi2 ataupun sekolah tinggi swasta itu kurang bisa berbangga dengan almameter yg dikenakannya, pengennya semua serba berkelas hingga akhirnya mereka tak lebihnya hanyalah seorang guru smp yang tanpa hadirnya pun anak2 didiknya bisa mendapatkan sesuatu yang lebih dari teknologi.

Kedua, kadar kedosenan seseorang itu secara mudah dapat diketahui lewat produktifitasnya dalam berkarya. sebab hanya dengan satu cara inilah mereka bisa melepas kutukan rival beratnya tadi (teknologi). tak jauh berbeda dengan wp 7 lumia 800, dari segi tampilan serta labelnya, wp 7 lumia bisa menarik banyak konsumen sampai sempat menggeser sistem kinerja android di pasaran. tapi ketika tahu produk wp 7 lumia 800 itu tak bisa di upgrade menjadi wp 8 ataupun 10, pemasarannya pun derastis menurun, harga jualnya pun menjadi rendah. Dan seperti itulah dosen yang tidak bisa mengupgrade pribadinya lewat produktif berkarya, harga jualnya pun lama-lama tak ubahnya wp 7 lumia 800. Lebih terasa mending, kala sesuatu yang menaunginya tadi selevel microsoft dan nokia, coba kalau selevel cross ataupun mito, "apa yang akan terjadi?".

Kadang, memang menjadi dosen tak semudah mengayuh becak, tapi tentu bukan masalah untuk satu jam dari 24 jam kita, kita gunakan untuk berbenah. Sedikit banyak, mahasiswa pasti membutuhkan motivasi dan perhatian lebih dari dosen, sebab hanya dg itulah mahasiswa bisa merasakan sentuhan langsung kasih sayang dari dosen, dimana tak akan pernah mereka dapatkan dari teknologi manapun. Pun terfikirkan, untuk menepis ungkapan miring tentang dosen, tak ada salahnya jika dosen- dosen itu bisa bersaing dalam menelorkan karya-karya dan pemikiran mereka, lewat menulis simpelnya.

GURU :Provesi yang Salah



never imitate
Dewasa ini kata “dilema” bukan lagi identik dengan seragam putih biru atau abu-abu, satu kata itu sudah menjelma dalam sepasang pakaian kerja lengkap dengan dasi serta kaos kakinya dan tak terlihat lagi hanya cocok untuk kaum-kaum galau versi pemuda masa kini, namun usai sudah merambat pada dunia berdasi. Dari yang tidak ada hingga di ada-ada, sampai yang ada hingga tiada, semuanya yang berbau pendidikan berbau dilematis. Dalam hal niat misalnya, sebenarnya banyak dari para pendidik-pendidik yang apa adanya dalam mendidik anak didiknya, namun berhubung program-program dari pemerintah sendiri itulah seakan mereka tidak tulus akan itu.
            Satu sisi, dengan tanpa menduakan perhatian pemerintah, adanya legalisasi para guru yang terbungkus dalam sertifikasi yang semakin tahun semakin ketat itu malah menjadi faktor utama berkurangnya integritas mereka dalam mendidik. Bagaikan sebuah sayembara umum yang pesertanya dibuka lebar untuk semua kalangan, ketika dalam kegiatan belajar mengajar tidak ditemukan perangkat sekaliber hadiah (bahasa sayembara) pasti siapa saja itu, akan apa adanya melakoni apa yang harusnya mereka lakukan tanpa ada embel-embel apapun. Namun semua akan beda, ketika satu makhluk yang bernama hadiah itu muncul ditengah-tengah mereka, sedikit tidaknya pasti terbesit di hati masing-masing dari mereka untuk berebut meraih hadiah itu, masalahnya juga tidak mungkin kalau hadiah itu diobral secara umum, dan semuanya bisa mendapatkannya. Jadi mau tidak mau mereka harus bersaing untuk itu. Dari situ pertanyaannya adalah, “bukankah lebih cocoknya yang mengadopsi istilah fastabiqul khoirot itu peserta didik mereka? Kok malah mereka sendiri sih?”, ntahlah.
            Se-rel dengan itu, kalau kita memandang dari banyak kaca mata, tidak apa-lah hal semacam itu membumi di kalangan para pengajar. Namun permasalahannya juga, jalan utama untuk bisa menggapai hadiah itu adalah lewat legalitas bukan kualitas, dan itulah yang seharusnya merupakan titik problema kita saat ini. Semuanya serba dilema, andai kata-kata sertifikasi itu terbingkai secara tersirat dimana intinya itu adalah kehidupan yang layak buat pahlawan tanpa tanda jasa bangsa ini, pasti tak akan ada lagi yang namanya, jual beli ijazah dan lain sebagainya, yang mana karena orang-orang kalengan seperti mereka lah yang merusak citra guru itu sendiri. Tapi lagi-lagi semua itu tak semudah kita menggayuh becak.
            Dalam hemat penulis, akan lebih baik jika untuk mengatasi masalah ini, disamping kita terus mengalirkan tunjangan-tunjangan sebagai satu ekspresi penghargaan yang luar biasa terhadapnya, bisa juga kita memberi lowongan untuk orang-orang nonakademis (nonpendidik) untuk mendidik bangsa ini. Sedikit banyaknya pasti akan beda, antara seseorang yang berprovesi jadi guru ketika mengajar dengan seseorang yang berprofesi sebagai politisi saat mengajar. Sebab politisi yang mengajar itu menjadikan keringatnya sebagai wujud kewajiban mereka untuk berbagi mengenai apa yang mereka punya, sedang kebanyakan dari seorang yang berprofesi guru apalagi yang usai mendapat hadiah, memandang keringat yang tiap pagi menetes membahasi dahinya itu adalah wujud dari usahanya untuk menghidupi anak istrinya. Beda toh?
Pun ironisnya, fakta membuktikan, kaum minoritas pendidik bangsa ini kesemuanya sepakat untuk memilih menduakan pekerjaan mereka sebagai guru. Dan dalam kacamata tulisan ini, memang dengan begitulah bentuk ketulusan mereka bisa terbingkai. Karena bagaimanapun itu, tidak bisa dipungkiri kalau “GURU BUKANLAH PROFESI”, sehingga tidak terlalu ekstrim jika dikatakan bahwa salah satu profesi yang sesat adalah guru. 

MISSION FAILED



Kegagalan kelihatannya adlah rencana alam untuk mempersiapkan kita menghadapi tanggung jawab besar
(Napeleon Hill)
 

            Seorang seniman pasti akan bilang  “bagaikan warna hijau tanpa kuning”, ketika mereka mendengar atau bahkan melihat kesuksesan yang tidak diawali dengan kegagalan. Pun diantara keduanya tanpa arti hadir sebuah tantangan akan pincang pula satu paket sukses diatas.  Kalau dalam bahasa kebudayaannya kuntjaraningrat (1974) itu menyederhanakan bahasa budaya seperti kombinasi antara religi dan upacara keberagamaan, antara teori dan aplikasi. Dan tantangan disini adalah laksana upacara keberagamaan dari sebuah kegagalan. Kegagalan hanya sebutan belaka, nama belaka, tanpa tantangan, rintangan, perjuangan, dan pengorbanan kegagalan tak lebihnya adalah khayalan akan ketakutan.
            Satu frame sewarna dengan itu adalah Abraham lincoln, salah satu presiden tersukses negara Amerika. Berulang  kali dia gagal dalam bisnis, berulang kali juga gagal terpilih menjadi anggota kongres dan senat, sampai-sampai dia punya draft kegagalannya sendiri. Hingga pada akhirnya di tahun 1860 ia terpilih sebagai presiden ke-16 Amerika Serikat, dan mengukir sejarah yang memukau untuk bangsa Amerika. “Jika anda ingin meningkatkan kesuksesan anda, gandakan tingkat kegagalan anda”, bahasa Thomas Watson senada dengan kisah hidup Lincoln.
            Seperti halnya dengan mengayuh becak semakin capek kita dengan cepat menggayuh becak semakin banyak pula pelanggan yang suka dengan becak kita, secara materil tak ada di dunia yang tak diperhitungkan, apapun itu. Apalagi disini kalau kita membicarakan mengenai “timbal balik”, pasti semuanya diperhitungkan. Sama halnya dengan sukses,  kesuksesan itu mahal sekali harganya, uang pun tak cukup kiranya untuk membeli paket kesuksesan itu. Kemudian pertanyaannya kalau uang pun tak bisa membeli, dengan apakah kita membelinya? satu jawaban yang simpel dengan “kegagalan”. sukses berjalan dari satu kegagalan ke kegagalan selanjutnya tanpa menghilangkan antusisame seseorang sedikitpun. Betapa sulitnya ketika kita berusaha menghadapi tantangan, dan betapa resahnya untuk bangkit dari sebuah kegagalan, adalah jawaban dari pertanyaan tadi. Pahitnya kesulitan yang hampir tiap hari kita rasakan adalah harga yang pas untuk membayar  kesuksesan kita kelak. Dipungkiri atau tidak orang-orang hebat adalah yang menganggap kesulitan sebagai tantangan dan perjuangan sebagai teman.
Kembali pada inti pembahasan, menganalisa seperti itu, tidak terlalu ekstrim tampaknya ketika dikatakan “bukanlah seorang pelajar jika belum pernah gagal”. Satu poin inti dari situ adalah tentang gagal itu sendiri. Dalam paragraf ini “gagal” perlu disakralkan, sebab seseorang tak akan pernah bisa menyentuh gagal ketika dia belum pernah mencoba. Pun untuk mencoba tak semudah kita memasukkan bola ke gawang. Seolah ketika ada keinginan bulat untuk mencoba bayang-bayang akan “gagal” tadi malah muncul dan menghalangi siapapun itu untuk memulai. Perihal kegagalan memang susah-susah gampang dan hanya orang-orang yang punya mimpi-lah yang bisa merasakan indahnya satu kata sakral itu.
Seorang pelajar, berbeda dengan siswa. Cukup signifikan perbedaannya. Dalam hemat penulis seorang siswa sebatas dalam bangku sekolah dia belajar, tapi bagi seorang pelajar dari manapun, apapun dan siapapun itu dia bisa belajar. “Kita semua tidak pernah salah, karena kita sedang belajar”, satu prinsip hebat rancangan Doni dhirgantoro itu seharunya layak diajukan sebagai motto pendidikan modern dewasa ini. Tak ada yang salah didalamnya, semua unsur yang terkandung dalam paragraf-paragraf sebelum ini semua termuat didalamnya. Ketika dalam benak pelajar ada bayangan mengerikan akan “salah” tadi, sudah, semua menjadi mandul, tak akan ada karya, tak akan ada ekspresi, dan tak akan ada nyali. Semua sirna, mimpi pun hanya jadi angan, bahkan film sang pemimpi pun akan sungkan untuk menayangkan episode yang berikutnya, sungguh luar biasa. Di ruang dimensi waktu yang berbeda Marva Collins salah satu pendidik tersukses dengan metode klasiknya untuk pelajar-pelajar miskin amerika, dalam suatu buku pernah mengatakan “if you cant make a mistake, you cant make anything”, kalau boleh disederhanakan, sebuah kesalahan adalah wajib buat para pelajar. Tak ada kesalahan tak ada pelajar.
Kegagalan selalu diawali dengan perjuangan, dan dalam kamus seorang pelajar tak akan ada pejuangan tanpa pengorbanan. Bukanlah sebuah kegagalan kala didalamnya tiada kesulitan, atau itu tak lebihnya adalah sebuah kebodohan. Kehidupan dikatakan hidup kala setiap hari kita punya beragam warna didalamnya, semakin dini warna hitam pekatnya kesulitan, dan pengorbanan semakin baik dan cerah pula jangka panjang yang akan kita rasakan kelak. Waktu Tuhan jauh berbeda dengan waktu makhluknya, Tuhan lebih tau apa yang terbaik dan terindah buat kita dalam jangka panjangnya, sedang manusia hanya sebatas besok, lusa dan minggu depan. Apapun yang terjadi dan bagaimanapun kesulitan yang disuguhkan pada kita, itulah yang seharusnya kita nikmati dan syukuri, karena hanya dengan itu kita bisa membayar mahalnya sebuah kesuksesan jangka panjang kita. Dan untuk para pelajar tersenyumlah pada setiap apapun itu yang terjadi, semakin sulit itu, semakin lebarkanlah sunggingan senyummu.semangat…/ipoenk  

CURHAT HUJAT AN-NABA'


Tanggal 12 bulan 12 tahun 12, bismillahirrohmanirrohim, kumemulai tulisan ini dengan pikiran terus melayang ke dimensi lain saat aku dengan senyum yang luar biasa bahagianya, aku membaca tulisan-tulisanku kelak di masa depanku. Dan itu aku memulai dihari yang buatku pas sekali untuk berkarya ini.


            Surat An-naba’, satu surat yang kali pertama ini aku mencoba untuk menghafalkannya. Banyak keinginanku untuk memulai semua ini, yang terutama adalah untuk masa depanku sendiri, sebagai alternative jika besok aku tidak bisa diterima di semua PTN di Indonesia. Maka dengan ini aku berharap aku bisa tembus seleksi ke Mesir dengan jurusan yang sama dengan hari ini aku di Inkafa. Mengetahui syarat mutlaknya adalah bekal 2 jus sebagai prolog.

            Di dalam surat ini tuhan mengajak kita untuk berjalan-jalan ke beberapa dimensi. Mulai dari cerita akan ingkarnya orang-orang dahulu sebelum kita sampai pada gambaran kehidupan kelak ketika gunung benar-benar tak lebihnya seutas kapas yang berterbangan (tragedi Kiamat). Disini kita dengan cermat bisa memahami tentang keingkaran orang-orang musyrik pada masa Nabi dulu, kekuasaan Tuhan yang begitu cerdas, akibat-akibat serta adzab, nikmat, dan akhirnya kembali pada dimensi pertengahan (antara dimensi pertama {keingkaran orang musyrik} dan dimensi masa depan {gambaran tentang hari akhir}) yaitu penyesalan.
            Lewat surat ini tuhan benar-benar mengajari kita akan bentuk aplikatif sosialis yang begitu cerdik dalam menanggapi keingkaran orang-orang musyrik. Pada saat itu banyak dari orang-orang nonmuslim saling mempermasalahkan, memperdebatkan dengan sinis, serta memandang sebelah mata akan kebenaran adanya hari kebangkitan yang sebelumnya telah diberitakan oleh nabi. Mengetahui seperti itu tuhan tidak secara eksplisit menepis semua itu dengan keras, namun dengan ungkapan yang tegas dan begitu mendramatisir keadaan(4-5), seolah Tuhan bilang kepada mereka “biarkan waktu yang akan menjawabnya”. Disini tuhan se-ia dan se-kata dengan prinsip salah satu iklan rokok L.A talk less do more.
            Cukup unik memang, karena setelah sejenak membiarkan mereka bahagia akan kebenaran anggapanya. Tuhan secara gamblang mendeskripsikan tentang sedikit kekuasaan-NYA (6-16). Hingga secara tidak langsung deskripsi tuhan yang lebih jelas lagi tentang kekuasaan-NYA ini akan menjadi satu jawaban serta tamparan bagi mereka yang tersampaikan secara halus. Rasionalisasinya adalah dengan menyebut dengan sistematis tentang kekuasaan-NYA, seolah DIA telah membuktikan kalau perkataan-NYA benar, lewat fakta-fakta ajaib yang sedikit demi sedikit mulai terungkap kebenarannya. Dapat disimpulkan, ketika semua kekuasaan-NYA itu dapat dibuktikan, tak ada dalih lagi bagi mereka untuk tidak mempercayai adanya hari akhir. Dan di sinilah sisi sosialis Tuhan begitu nampak
Satu poin dapat kita ambil, bahwasanya tidak seharusnya kita selaku mahkluk ciptaannya, merespon semua permasalahan vertical kita dengan kritikan secara langsung dan pedas. Sebagaimana pula yang pernah dikatakan …….tentang salah satu cara untuk mengajak orang lain berfikiran seperti kita itu adalah dengan sebaik mungkin kita menghindari mengkritik.
Di lain kacamata, secara simentik melalui sistematika ayat per-ayat, mulai dari ayat 8-16 melahirkan kebenaran-kebenaran unik lainnya.  Antara sejoli pasangan (8), tidur dengan nyenyak(9), malam yang gelap(10), dan siang untuk bekerja(11) ternyata memuat nilai social-psikologis yang tinggi, yang menggambarkan betapa bahagianya sebuah keluarga jika mengaplikasikan kandungan makna tersirat ayat tersebut. Setelah menyebut kata pasangan, tuhan mengatakan malam yang gelap untuk istirahat, yang mana dominan sekali bahwa kebutuhan biologis diantara sejoli pasangan sangatlah penting sebagai syarat terciptanya keluarga yang bahagia. Sisi lain, bahasa kasarnya seks sangatlah baik bagi masing-masing pasangan. Kemudian diteruskan dengan ayat berikutnya (12) yang lebih condong pada kebutuhan dhohir pasangan.
Pun secara ilmiah ayat berikutnya (12-16) dengan tanpa ragu tersinggung didalamnya proses tentang asal muasal hujan dengan redaksi kata “mu’sirot”, yang mayoritas pendapat mengatakan bahwa itu berarti “as-sahab”. Dengan kata lain 1400 tahun silam tuhan telah menjelaskan satu pengetahuan yang luar biasa tentang hujan, dimana ilmu pengetahuan pada saat itu pun belum bisa mengira-ngira sedikitpun tentang proses terjadinya hujan. Uniknya sebelum tuhan mengatakan satu ayat tentang itu, DIA menyinggung penciptaan matahari yang disitu digambarkan dalam keadaan yang terang benderang, pun satu ayat sebelumnya dikatakan tentang penciptaan tujuh lapis langit. Faktanya, tanpa adanya matahari yang terang dan panas sulit dimungkinkan akan terjadi penguapan pada lautan. Dan ketika tidak ada uap sama sekali yang naik ke atas dan ditampung oleh awan, sulit juga akan terjadi hujan. Jadi, cukup jelas mengapa disitu tertulis “siroja wahhaja”, matahari yang terang benderang, bukan “siroja” saja. Lebih dalam lagi, tuhan mengikut sertakan tujuh langit yang kokoh dalam konteks ini bukan tanpa alasan. Ternyata jika kita mengartikan tujuh langit yang kokoh tersebut sebagai atmosfir (..) sangatlah masuk akal jika ayat-ayat ini cerdas dan sistematis. Proses penguapan air laut oleh cahaya kolor matahari tidak bisa lepas dari filter yang dilakukan oleh atmosfir, tanpa atmosfir semua yang seharusnya dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya akan sulit terpenuhi, apalagi di ayat berikutnya diterangkan secara detail akan future implikasi dari satuan proses tadi(15-16). Tanpa atmosfir, keadaan bumi akan terlalu panas bahkan sangatlah panas pada siang hari dan akan sangat dingin pada malam hari, yang nantinya berimbas fatal terhadap jalannya semua makhluk hidup di bumi. Mungkin kalau bumi tanpa atmosfir, planet mars sekarang sudah penuh. Dan inilah salah satu bukti nyata dari kekuasaan Tuhan, yang di awal tadi ampuh untuk membuktikan dengan halus pada mereka tentang kebenaran akan hari kiamat.
Dari awal penciptaan tentang kekuasaan-NYA(6-16), DIA berlanjut pada  kehancuran dari semua itu, semuanya pasti ada masa aktifnya(17). Begitu juga mereka, lambat laun pasti akan musnah juga. Kemudian dari deskripsi kekuasaan-NYA, berlanjut pada poin yang ketiga dari inti akan surat ini, yaitu hakikat balasan dari semua perbuatan manusia. Disini tuhan memberitahu kepada mereka bahwa sekecil apapun sesuatu yang telah kita perbuat baik itu terpuji atau tercela semuanya pasti menemui satu titik akhir, yaitu hari pembalasan(…..). Berbicara tentang balas membalas, tidak mungkin kiranya, jika tak ada kebangkitan setelah kehidupan ini. Sangat halus dan sopan, Tuhan perlahan menjawab dan mengecam serta mengancam semua diantara mereka yang inkar akan hari kebangkitan. Dan disinilah satu kebenaran yang rasional dapat kita rasakan, melalu proses bagaimana tuhan merespon akan keinkaran mereka. Rasanya, akan sangat lain bila sedari awal tadi, dengan bahsa yang langsung Tuhan mengancam mereka. Pastinya sulit untuk mengatakan bahwa al-quran itu logis.   
Bermula dari ayat 17-37, semua jelas menerangkan tentang kesah-kesuh, susah senang hitam putih dan lain sebagainya tentang akibat dari apapun yang pernah manusia perbuat di dunia. Tuhan sengaja mengambil 50% ayat dari surat ini untuk mendeskripsikan mengenai ini, tak lain hanyalah untuk kembali mengingatkan pada mereka bahwasanya hari kebangkitan itu ada, dengan penalaran induktif sebab-akibat. Hari kebangkitan seolah adalah hari dimana akibat itu terealisasikan dengan makna yang sesungguhnya(21).
            Dilain pembahasan lewat surat ini tuhan juga memberi legitimasi akan sifat kemanusiawiaan manusia, yang dalam hal ini terwakili oleh pernyataan Tuhan yang berjanji menyediakan gadis-gadis sebaya yang montok khusus buat mereka-mereka yang bertakwa(31-33). Dari sisi ini, Tuhan benar-benar pengertian kalau makhluknya yang bernama manusia ini lebih suka memiliki teman kencan yang sebaya dan montok.   

            

KIAMAT HEBAT



Sebelum dan sesudah terjadinya hari kiamat atau sesudah dan sebelum terjadinya hari kiamat banyak yang menggembor-gemborkan tentang benar dan tidaknya hari itu. Bahkan dari pelbagai macam disiplin keilmuan pun saling mengunggul-unggulkan dan saling beradu logika untuk membenarkan adanya hari kiamat pada tanggal yang runutannya sangat menarik itu (21-12-12), mulai dari kalender maya milik bangsa maya di tahun 250-900 M, para ahli astronom terbaik dunia, hingga para penulis pun seolah dibingungkan dengan kabar-kabar hebat itu.
            Sedikit membaca kabar ilmiah-ilmiah tentang alasan-alasan astronomis yang satu-persatu mulai ramai 3 tahun silam, saya teringat pada salah satu surat dalam Al-Quran (an-naba’ 1-5). Terasa sangatlah lucu dan mengherankan, apakah memang benar tragedi 1400 silam tentang perdebatan antara orang-orang nonmuslim mengenai benar-tidaknya hari kiamat itu tejadi kembali pada hari ini?. Dan kalau saya boleh mengandaikan, andaikan Muhammad masih ada di hari ini, pasti untuk kesekian kalinya akan turun ayat-ayat Allah tantang Kiamat yang lebih sinis lagi.
            Harusnya, sebagai seorang muslim yang tak suka dikafirkan, kita sudah paham dan tak perlu bertanya-tanya lagi, seperti mereka-mereka dalam surat An-Naba’. Para ilmuan-ilmuan barat berani mengatakan hingga memberitakan semuanya dengan detail tentang prosesi terjadinya hari kiamat itu, dikarenakan sebelumnya mereka sudah tahu tanda-tanda akan terjadinya hari itu. Sisi lain didukung dengan fakta yang memang mengatakan mayoritas penduduk dunia adalah islam dengan kitab suci Al-Qurannya, mereka menjadikan fakta ini sebagai peluang untuk mencuri perhatian dunia. Dalam Al-Quran dengan jelas dikatakan “ (sungguh kami akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama mengguncangkan dunia. Dan diiringi oleh guncangan kedua (an-Nazi’at, 6-7)”, yang mana menurut ibnu katsir, keduanya berarti guncangan atau gempa yang luar biasa dasyatnya, dan disusul gempa-gempa yang kecil setelahnya. Dari situ penulis dapat menyimpulkan bahwa para ilmuan barat pun sebelumnya sudah mengetahui tentang ini semua, lalu di deskripsikan dengan bumbu yang jauh berbeda dan akal pun enjoy menerimanya. Coba kalau, Al-Quran mendeskripsikan Kiamat dominan dengan semakin maraknya tumbuhan yang bisa bicara, atau mungkin munculnya makanan yang bisa membuat tubuh manusia membesar mengecil, membesar mengecil,  pasti sedikit banyaknya fakta-fakta ilmiah yang telah umum hari-hari ini akan berbeda dan bahkan para komikus akan intervensi dalam hal ini. Intinya, mari kita sadari sejenak bahwasanya orang-orang yang menggemborkan berita-berita tentang ini, itu terinspirasi dan condong pada apa yang telah kita yakini dan ketahui sebelumnya.  
            Namun, setidaknya dengan adanya semua bukti ilmiah yang telah mereka perjuangkan dan paparkan, kita dapat berbicara dan tahu lebih banyak lagi tentang rasionalisasi akan hari kiamat itu. Dan keluar dari prasangka-prasangka negative tentang mereka, seharusnya di bulan ini kita harus berterima kasih dengan berita-berita tentang hari kiamat itu, bukan malah menghujat dan menghujat, mengetahui tidak benarnya berita itu. Kalau kita berfikir sejenak, tanpa adanya nesw in depth  yang booming 3 tahun silam ini, mungkin para penulis tak akan segiat dan sesemangat untuk membahas mengenai Hari Kiamat, sampai disempat-sempatkan membuka kitab-kitab klasik demi sempurnanya dan diterimanya tulisannya, para mufassir dan para ahli agama pun turut merasa tertarik untuk membenarkan kelurusan mereka dijalan yang sesat itu.
            Selayang fikir mengenai hari kiamat ini, dalam Al-Quran dijelaskan “Telah dekat terjadinya Hari Kiamat. Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain Allah” (Q.S an-Najm : 57-58). Jadi, semua tak perlu bertanya-tanya akan kebenaran dari semua itu. Tapi, dari aspek lain justru ketika tak ada yang bertanya-tanya tentang itu-lah yang malah dikatakan kurang wajar. Mereka terlalu termakan oleh berita, dan sesuatu yang update apalagi disertai dengan bukti-bukti yang ilmiah. Pikiran mereka telah terkontaminasi oleh hal-hal menarik hingga membuat mereka sejenak lupa dan turut penasaran bersamaan dengan sesuatu yang menarik tadi. Dan disini adalah tentang tanggal yang diramalkan. Siapa coba yang tidak berfikir sejenak semisalnya pada runtutan angka 12 atau triple twelve  akan terjadi guncangan yang sangat dasyat, tentunya wajar jika hal ini membingungkan.
Tanggapan Al-Quran mengenai inipun tak jauh panggang dengan api,”Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Tuhan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS AL-A’raaf :187), dalam kalimat “tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”,penulis bisa mengatakan bahwa merupakan hal yang wajar jika mereka saling berbeda pendapat mengenai ini. Bukan karena mereka tidak tahu secara mutlak kalau semuanya ada ditangan Tuhan, namun lagi-lagi adanya keterkaitan antara psikology manusia yang lebih condong pada sesuatu yang unik dan menarik tadi-lah yang seolah menyihir mereka untuk lupa sejenak.
 Lain ladang lain belalang, begitu juga dengan ini. Aspek lain, untuk bisa menentukan atau sekedar meramalkan kapan hari kiamat itu saja, bagi sesosok paling fenomenal dalam sejarah Muhammad SAW (Michael heart-100 orang paling berpengaruh dalam sejarah) adalah hal yang sangatlah sulit bahkan tidak mungkin (QS AL-A’raaf :187). Namun berbeda jauh dengan hari ini, ketika mereka menemukan sesuatu yang tidak mungkin, mereka merekayasakannya, hingga ramalan demi ramalan tentang hari kiamat pun perlahan mulai mengemuka. Dan dalam hal ini actor utamanya tak bukan adalah diri kita sendiri, mau yakin akan mereka ataukah tetap berpegang teguh dengan Quran, ada pada masing-masing dari kita. Dan buat mereka-mereka yang telah berjuang untuk meramalkan dan menentukan hari akhir itu kapan, teruskan ajalah dengan apa adanya, yang terpenting janganlah sampai berhenti belajar.
Sesungguhnya dari tragedi infotainment yang kontroversi 3 tahun silam itu, banyak ilmu-ilmu yang tanpa banyak disadari telah dibaca dan dipelajari banyak orang. Mulai dari astronomi, teknologi, arkeologi hingga pada sejarah peradaban sebuah bangsa yang konon katanya bagaikan turun dari langit, mengalami zaman yang cemerlang, kemudian lenyap secara misterius. Sudah  menguasai pengetahuan tentang ilmu falak yang khusus dan mendalam, sistem penanggalan yang sempurna, penghitungan perbintangan yang rumit serta metode pemikiran abstrak yang tinggi.   



YANG MEMBUAT KAMU MENJADI KAMU



Biarkan keyakinan kamu 5 cm menggantung mengambang didepan kening kamu. Dan sehabis itu yang kamu perlu …Cuma…

     Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering lebih melihat ke atas, lapisan tekat yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya serta mulut yang akan selalu berdoa.
            Dan kamu akan selalu dikenang sebagai seorang yang masih punya mimpi dan keyakinan, bukan Cuma seonggok daging yang hanya punya nama. Kamu akan dikenang sebagai seorang yang percaya pada kekuatan mimpi dan mengejarnya. Bukan seorang pemimpi saja, bukan yang tanpa tujuan mengikuti arus dan kalah oleh keadaan. Namun seorang yang percaya akan keajaiban mimpi, cita-cita dan keyakinan manusia yang tak terkalkulasikan dengan angka berapa pun.
            Dan kamu tak usah perlu bukti, apakah mimpi itu akan terwujud atau tidak. Karena kamu hanya harus percaya itu.
            Percayalah pada mimpi didepan kening kamu…