Selasa, 20 Mei 2014

Civic Reason


            Dalam diskusi yang lumayan hidup kemarin bersama rekan-rekan HAMAM di kebun laras tempat kami mendapatkan banyak ide terkait isu mengharukan yang sedang melanda kampus kita, INKAFA, saya akhirnya menemukan titik terang. Adalah civic reason. Hal ini terkait dengan alasan Pak Amin yang tidak sependapat dengan pemikiran saya untuk membuat satu buku atas nama HAMAM dari semua cabang guna mengkritik dan memberi saran yang membangun buat INKAFA. Dikatakan bahwa bagaimanapun juga INKAFA adalah yayasan yang dimiliki pondok pesantren Mambaus Sholihin. Yayasan tidak dapat diganggu gugat dan memang harus ada pandangan yang membedakan antara yayasan dengan lembaga yang sudah resmi milik negeri layaknya kampus-kampus negeri lainnya. Berangkat dari landasan itulah pak Amin dan senior-senior HAMAM Yogyakarta ketika itu tidak sependapat dengan ide saya tadi.
            Sebagai respon itu, saya tertarik untuk mengundang An-Na’im dalam menjawab kegelisahan kami bersama ini. Adalah istilah civic reason tadi yang dengan ini semua lembaga, baik itu swasta maupun negeri, atau kalau meminjam bahasanya Habermas adalah public sphere, harus mampu menerima kritik dari semua lapisan masyarakat. Dengan catatan, kritikan tersebut harus disertai dengan argument yang bisa dipertanggung jawabkan. Selain itu, juga harus ada diskusi umum terkait kritikan itu guna menghindari kesalahpahaman di antara kedua belah pihak.
            Dan mengenai pesantren tadi, saya beranggapan pesantren adalah termasuk di dalamnya. Hal itu bisa dibuktikan dengan adanya pengesahan-pengesahan terkait beberapa badan formal di dalamnya yang otomatis hal itu tidak bisa tidak membutuhkan Negara. Dengan demikian, tidak ada kesalahan sama sekali seandainya masyarakat setempat berkeinginan untuk menyuarakan keinginannya atau keluhannya mengenai kebijakan-kebijakan pesantren selama ini. Apalagi dari pihak-pihak seperti kita yang posisinya bisa dikata masihlah sebagai anaknya: justru itu malah dianjurkan. Mambaus Sholihin di samping harus fokus dengan anak-anak didiknya, tetapi tidak boleh melupakan kalau ia masihlah hidup di tengah masyarakat yang sangat dinamis. Poenk200514


Tidak ada komentar:

Posting Komentar