Selasa, 08 Januari 2013

CURHAT HUJAT AN-NABA'


Tanggal 12 bulan 12 tahun 12, bismillahirrohmanirrohim, kumemulai tulisan ini dengan pikiran terus melayang ke dimensi lain saat aku dengan senyum yang luar biasa bahagianya, aku membaca tulisan-tulisanku kelak di masa depanku. Dan itu aku memulai dihari yang buatku pas sekali untuk berkarya ini.


            Surat An-naba’, satu surat yang kali pertama ini aku mencoba untuk menghafalkannya. Banyak keinginanku untuk memulai semua ini, yang terutama adalah untuk masa depanku sendiri, sebagai alternative jika besok aku tidak bisa diterima di semua PTN di Indonesia. Maka dengan ini aku berharap aku bisa tembus seleksi ke Mesir dengan jurusan yang sama dengan hari ini aku di Inkafa. Mengetahui syarat mutlaknya adalah bekal 2 jus sebagai prolog.

            Di dalam surat ini tuhan mengajak kita untuk berjalan-jalan ke beberapa dimensi. Mulai dari cerita akan ingkarnya orang-orang dahulu sebelum kita sampai pada gambaran kehidupan kelak ketika gunung benar-benar tak lebihnya seutas kapas yang berterbangan (tragedi Kiamat). Disini kita dengan cermat bisa memahami tentang keingkaran orang-orang musyrik pada masa Nabi dulu, kekuasaan Tuhan yang begitu cerdas, akibat-akibat serta adzab, nikmat, dan akhirnya kembali pada dimensi pertengahan (antara dimensi pertama {keingkaran orang musyrik} dan dimensi masa depan {gambaran tentang hari akhir}) yaitu penyesalan.
            Lewat surat ini tuhan benar-benar mengajari kita akan bentuk aplikatif sosialis yang begitu cerdik dalam menanggapi keingkaran orang-orang musyrik. Pada saat itu banyak dari orang-orang nonmuslim saling mempermasalahkan, memperdebatkan dengan sinis, serta memandang sebelah mata akan kebenaran adanya hari kebangkitan yang sebelumnya telah diberitakan oleh nabi. Mengetahui seperti itu tuhan tidak secara eksplisit menepis semua itu dengan keras, namun dengan ungkapan yang tegas dan begitu mendramatisir keadaan(4-5), seolah Tuhan bilang kepada mereka “biarkan waktu yang akan menjawabnya”. Disini tuhan se-ia dan se-kata dengan prinsip salah satu iklan rokok L.A talk less do more.
            Cukup unik memang, karena setelah sejenak membiarkan mereka bahagia akan kebenaran anggapanya. Tuhan secara gamblang mendeskripsikan tentang sedikit kekuasaan-NYA (6-16). Hingga secara tidak langsung deskripsi tuhan yang lebih jelas lagi tentang kekuasaan-NYA ini akan menjadi satu jawaban serta tamparan bagi mereka yang tersampaikan secara halus. Rasionalisasinya adalah dengan menyebut dengan sistematis tentang kekuasaan-NYA, seolah DIA telah membuktikan kalau perkataan-NYA benar, lewat fakta-fakta ajaib yang sedikit demi sedikit mulai terungkap kebenarannya. Dapat disimpulkan, ketika semua kekuasaan-NYA itu dapat dibuktikan, tak ada dalih lagi bagi mereka untuk tidak mempercayai adanya hari akhir. Dan di sinilah sisi sosialis Tuhan begitu nampak
Satu poin dapat kita ambil, bahwasanya tidak seharusnya kita selaku mahkluk ciptaannya, merespon semua permasalahan vertical kita dengan kritikan secara langsung dan pedas. Sebagaimana pula yang pernah dikatakan …….tentang salah satu cara untuk mengajak orang lain berfikiran seperti kita itu adalah dengan sebaik mungkin kita menghindari mengkritik.
Di lain kacamata, secara simentik melalui sistematika ayat per-ayat, mulai dari ayat 8-16 melahirkan kebenaran-kebenaran unik lainnya.  Antara sejoli pasangan (8), tidur dengan nyenyak(9), malam yang gelap(10), dan siang untuk bekerja(11) ternyata memuat nilai social-psikologis yang tinggi, yang menggambarkan betapa bahagianya sebuah keluarga jika mengaplikasikan kandungan makna tersirat ayat tersebut. Setelah menyebut kata pasangan, tuhan mengatakan malam yang gelap untuk istirahat, yang mana dominan sekali bahwa kebutuhan biologis diantara sejoli pasangan sangatlah penting sebagai syarat terciptanya keluarga yang bahagia. Sisi lain, bahasa kasarnya seks sangatlah baik bagi masing-masing pasangan. Kemudian diteruskan dengan ayat berikutnya (12) yang lebih condong pada kebutuhan dhohir pasangan.
Pun secara ilmiah ayat berikutnya (12-16) dengan tanpa ragu tersinggung didalamnya proses tentang asal muasal hujan dengan redaksi kata “mu’sirot”, yang mayoritas pendapat mengatakan bahwa itu berarti “as-sahab”. Dengan kata lain 1400 tahun silam tuhan telah menjelaskan satu pengetahuan yang luar biasa tentang hujan, dimana ilmu pengetahuan pada saat itu pun belum bisa mengira-ngira sedikitpun tentang proses terjadinya hujan. Uniknya sebelum tuhan mengatakan satu ayat tentang itu, DIA menyinggung penciptaan matahari yang disitu digambarkan dalam keadaan yang terang benderang, pun satu ayat sebelumnya dikatakan tentang penciptaan tujuh lapis langit. Faktanya, tanpa adanya matahari yang terang dan panas sulit dimungkinkan akan terjadi penguapan pada lautan. Dan ketika tidak ada uap sama sekali yang naik ke atas dan ditampung oleh awan, sulit juga akan terjadi hujan. Jadi, cukup jelas mengapa disitu tertulis “siroja wahhaja”, matahari yang terang benderang, bukan “siroja” saja. Lebih dalam lagi, tuhan mengikut sertakan tujuh langit yang kokoh dalam konteks ini bukan tanpa alasan. Ternyata jika kita mengartikan tujuh langit yang kokoh tersebut sebagai atmosfir (..) sangatlah masuk akal jika ayat-ayat ini cerdas dan sistematis. Proses penguapan air laut oleh cahaya kolor matahari tidak bisa lepas dari filter yang dilakukan oleh atmosfir, tanpa atmosfir semua yang seharusnya dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya akan sulit terpenuhi, apalagi di ayat berikutnya diterangkan secara detail akan future implikasi dari satuan proses tadi(15-16). Tanpa atmosfir, keadaan bumi akan terlalu panas bahkan sangatlah panas pada siang hari dan akan sangat dingin pada malam hari, yang nantinya berimbas fatal terhadap jalannya semua makhluk hidup di bumi. Mungkin kalau bumi tanpa atmosfir, planet mars sekarang sudah penuh. Dan inilah salah satu bukti nyata dari kekuasaan Tuhan, yang di awal tadi ampuh untuk membuktikan dengan halus pada mereka tentang kebenaran akan hari kiamat.
Dari awal penciptaan tentang kekuasaan-NYA(6-16), DIA berlanjut pada  kehancuran dari semua itu, semuanya pasti ada masa aktifnya(17). Begitu juga mereka, lambat laun pasti akan musnah juga. Kemudian dari deskripsi kekuasaan-NYA, berlanjut pada poin yang ketiga dari inti akan surat ini, yaitu hakikat balasan dari semua perbuatan manusia. Disini tuhan memberitahu kepada mereka bahwa sekecil apapun sesuatu yang telah kita perbuat baik itu terpuji atau tercela semuanya pasti menemui satu titik akhir, yaitu hari pembalasan(…..). Berbicara tentang balas membalas, tidak mungkin kiranya, jika tak ada kebangkitan setelah kehidupan ini. Sangat halus dan sopan, Tuhan perlahan menjawab dan mengecam serta mengancam semua diantara mereka yang inkar akan hari kebangkitan. Dan disinilah satu kebenaran yang rasional dapat kita rasakan, melalu proses bagaimana tuhan merespon akan keinkaran mereka. Rasanya, akan sangat lain bila sedari awal tadi, dengan bahsa yang langsung Tuhan mengancam mereka. Pastinya sulit untuk mengatakan bahwa al-quran itu logis.   
Bermula dari ayat 17-37, semua jelas menerangkan tentang kesah-kesuh, susah senang hitam putih dan lain sebagainya tentang akibat dari apapun yang pernah manusia perbuat di dunia. Tuhan sengaja mengambil 50% ayat dari surat ini untuk mendeskripsikan mengenai ini, tak lain hanyalah untuk kembali mengingatkan pada mereka bahwasanya hari kebangkitan itu ada, dengan penalaran induktif sebab-akibat. Hari kebangkitan seolah adalah hari dimana akibat itu terealisasikan dengan makna yang sesungguhnya(21).
            Dilain pembahasan lewat surat ini tuhan juga memberi legitimasi akan sifat kemanusiawiaan manusia, yang dalam hal ini terwakili oleh pernyataan Tuhan yang berjanji menyediakan gadis-gadis sebaya yang montok khusus buat mereka-mereka yang bertakwa(31-33). Dari sisi ini, Tuhan benar-benar pengertian kalau makhluknya yang bernama manusia ini lebih suka memiliki teman kencan yang sebaya dan montok.   

            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar