Kamis, 13 Februari 2014

Mushaf San’a dan Surat al-A’raf: 53


Sekitar tahun 1968 terjadi banjir besar yang melanda Negara Yaman. Ada beberapa bangunan yang rusak akibat banjir tersebut dan salah satunya adalah masjid san’a. Beberapa tahun kemudian—selepas banjir bandang yang melanda daerah san’a dan sekitarnya—tepatnya di tahun 1972 masjid San’a diperbaiki. Di waktu yang sama, ada ratusan manuskrip ditemukan di bawah lantai masjid tersebut. Dan sampai saat ini, manuskrip-manuskrip itu diyakini adalah kumpulan naskah-naskah yang berisi salinan teks mushaf Usmani. Keyakinan itu semakin kokoh setelah adanya tes kimia dari sobekan naskah yang menghasilkan sesuatu yang luar biasa: naskah tersebut dibuat sekitar 14 abad yang lalu, sekitar 40 tahun paska wafatnya Muhammad SAW. Itu adalah waktu ketika Mushaf Usmani sudah berkembang pesat. Dan kira-kira, hal itu terjadi di masa pemerintahan Khalifah Muawiyyah bin Abi Sufyan.
Menurut beberapa analisa, mushaf yang sekarang diklaim sebagai mushaf tertua tersebut adalah karya tulis dari murid—ntah murid yang ke berapa—Muad bin Jabal. Diceritakan, dulu Muhammad pernah mengutus Muad bin Jabal untuk berdakwah di Yaman. Di Yaman, Muad membangun sebuah masjid tempat mushaf san’a ditemukan. Dan boleh jadi, berangkat dari masjid inilah Muad aktif mengajar masyarakat setempat tentang Quran, sehingga dari ilmu yang diperoleh dari Muad inilah, ada dari muridnya yang menulis ulang Mushaf yang dibawa Muad, lalu disimpan di bawah lantai masjid, dan setelah berabad-abad, barulah 42 tahun silam mushaf klasik itu ditemukan.
Di sisi lain, masih satu rel dengan itu, dalam surat al-A’raf: 52, sudah jelas disinggung tentang bagaimana seharusnya manusia—selaku objek utama dari Quran—merespon ayat-ayat Quran. Hal itu Dijelaskan bahwa tidak seharusnya manusia hanya menunggu bukti-bukti tentang kebenaran Quran sampai-sampai—tertulis—mereka hanya menunggu hari kiamat datang baru percaya kalau Quran adalah benar dari Allah datangnya. Secara tersirat, ayat itu adalah sebagai symbol supaya penelitian ilmiah tentang kebenaran Quran selalu ada dan dikembangkan. Dengan demikian, jika dihubungkan dengan pencapaian beberapa missionaris di atas, maka kedua hal tersebut sangatlah terkait. Namun, sayangnya bukanlah manusia muslim yang mampu lebih dulu mengusahakan perihal penelitian tentang kemurnian kitab sucinya sendiri. Dari fakta yang ada, mengenai penemuan mushaf San’a di masjid San’a, sepertinya aplikasi ayat 52 surat al-A’raf ini benar-benar sudah mulai berproses.zev130214


Tidak ada komentar:

Posting Komentar