Rabu, 27 November 2013

Tujuh Keajaiban Rezeki, Katanya


Di tengah-tengah kejengahan saya kemarin, saya dipertemukan dengan Ippo Santoso. Iya, satu nama yang sangat tidak asing dalam benak saya. Dia adalah penulis buku—Sepiring Inspirasi dari Langit—yang bisa dikata begitu bermanfaat bagi pola pikir saya dulu. Akan tetapi, di sini, saya menemukan sesuatu yang berbeda. Lebih tepatnya, hal itu berbeda dengan spekulasi tentang dia sebelumnya. Apa yang dia sampaikan dalam video seminarnya membuat saya perlu untuk mengaji ulang tentang penilaian saya terhadap bukunya selama ini.
Adalah tentang kesimpulan singkat Ippo dalam tengah-tengah seminarnya. Itu dikatakan bahwa jika seseorang  ingin kaya secara ekstrim, maka yang bersangkutan juga harus berani untuk bersedekah secara ekstrim. Secara tersirat, hal tersebut sangatlah mendewakan materi. Dalam satu wilayah, saya sepakat dengan semua prolog yang disampaikannya. Prolog-prolognya begitu mengalir, provokatif, motivatif, dan inspiratif, namun boleh jadi, Ippo lupa kalau tidak seharusnya yang menjadi tujuan utamanya adalah materi.
Masih dalam ruangan ini, dikatakan juga olehnya: tanpa adanya materi, kita tidak akan bisa total membantu kemajuan umat muslim dunia. Karena yang dunia rindukan sekarang bukanlah semakin meningkatnya jumlah jamaah haji dan semakin meningkatnya jumlah muslim yang bisa sekolah secara mandiri, tidak. Akan tetapi, sesuatu yang dirindukan itu adalah tokoh-tokoh yang bisa menghajikan dan bisa menyekolahkan orang lain. Iya, dalam hal itu, saya seiya-sekata dengan Ippo Santoso.
Namun, alangkah lebih baiknya jika sesuatu yang diprioritaskan itu bukanlah harta atau kekayaan. Menurut saya, dalam hal ini—sedekah—sesuatu yang sebenarnya perlu kita utamakan di dalamnya adalah hasrat untuk berterimakasih. Jadi, kita melakukan hal tersebut bukan semata-mata karena ingin imbalan, tetapi hanya ingin mengekspresikan serta membuktikan kalau kita benar-benar berterimakasih atas semua nikmat yang pastinya semua orang memilikinya. Dan saya kira, keadaan ini lebih bisa mengangkat derajat kita dari sekadar hasrat untuk meraup untung yang sebanyak-banyaknya karena tidak semua orang bisa melakukannya.

Seperti halnya sholat Dhuha. Menurut saya, sholat dhuha itu ada bukan sebagai wahana spiritual untuk melancarkan rezeki seseorang. Namun, itu ada supaya  kita senang untuk berterimaksih atas semua yang sudah kita miliki. Meskipun hasrat untuk kaya itu tidak dilarang, meskipun Tuhan itu juga kaya, dan meskipun kaya itu juga penting, tetapi saya rasa yang lebih penting itu adalah bagaiman caranya agar kita tidak terlihat begitu materialistis dihadapan-Nya. Manusia saja sangat enggan untuk mendekat dengan seorang yang materialistis apalagi Tuhan. Toh walapun kita tidak menggebu meminta kaya dengan sedekah, Tuhan pasti akan membalasnya juga. Zev271113

Tidak ada komentar:

Posting Komentar