Minggu, 08 Desember 2013

Jawa Pos: Sebelum Kematian Paul Walker

Ada beberapa kalimat yang musti diekspose Jawa Pos ketika ada tokoh-tokoh dunia yang meninggal dunia, yaitu tanda-tanda kematian. Dan hal itu terkira bukan hanya Jawa Pos, semua media boleh jadi seperti itu adanya. Karena itu tak luput dari satu tujuan: being interested. Dalam hal ini, sesuatu itu ada di Jawa Pos—barusan edisi kemarin—mengenai satu tanda kalau Paul Walker sebentar lagi akan meninggal dunia. Itu diwakili dengan salah satu liputan yang mendeskripsikan bagaimana jawaban Paul Walker terhadap Romance—pemeran Hans—dalam film Fast Furios 7. Paul Walker yang dalam filmnya menjadi O’Conner itu menjawab: mungkin ada satu lagi pemakaman.
Dalam versi Jawa Pos, kalimat dalam film itulah yang menjadi satu-satunya symbol menjelang kematian Paul Walker. Selayang pandang, jika hal itu dibiarkan terus-menerus, sehingga media selalu membuat ramalan atau prediksi dibalik kematian seseorang, maka dampaknya adalah kepada pemikiran konsumen. Karena terlalu banyaknya media yang yag mendeskripsikan seolah-olah memang hal itu adalah benar dan bisa dijadikan suatu rujukan untuk sesuatu yang lebih komunal.
Lebih detailnya, seandainya hal yang sebenarnya ganjil itu tidak sering diekspose dalam media, seseorang atau konsumen pasti tidak akan membenarkan hal tersebut dan hanya menganggap itu adalah kebetulan saja. Akan tetapi karena media terkesan mencari-cari hal ganjil tersebut dan konsisten dalam pemberitaannya, maka sesuatu yang mulanya abstrak di mata konsumen itu menjadi suatu yang tidak tabu lagi. Dan bahkan itu menjadi suatu pemikiran bagi kalangan tertentu. Seolah kalau ada seseorang yang sudah terlanjur bilang sesuatu yang merujuk kepada kematian, pasti ada ketakutan tersendiri yang terbesit dalam benaknya, kemudian secepat mungkin dia meralat ucapannya tadi. Dengan demikian, dari gambaran sederhana itu—sampai pada munculnya ketakutan sampai adanya ralat ucapan—bisa disimpulkan kalau efek pembodohan media ini sukses menipu masyarakat.
Merespon itu, alangkah lebih profesionalnya media dan masyarakat jika tidak terlalu menganggap sesuatu dibalik sesuatu itu adalah suatu hal yang benar tanpa adanya klarifikasi dan prinsip tertentu. Dan hal itu juga bisa teratasi andai media-media tidak mengada-ada sesuatu yang tidak ada dan meniadakan sesuatu yang ada. Meskipun itu adalah bagian dari salah satu prinsip media, namun minimal ada sebuah ikhtiyar di dalamnya. Sehingga sakralnya sebuah kematian masihlah akan terjaga sampai suatu saat nanti. Zev081213


Tidak ada komentar:

Posting Komentar