Jumat, 25 Oktober 2013

Katakanlah: Kita yang paling benar, jangan katakan: kita yang benar

          Sore tadi, saya tidak tahu, soal-soal mata kuliah Quran Hadist yang sebelumnya saya mengiranya paling sulit di antara lainnya, ternyata malah berada di urutan kedua makul yang paling mudah. Keadaan itu membuat saya lebih memiliki banyak kesempatan untuk mengikuti seminar nasional di conventional hall UIN SUKA. Saya bisa keluar kelas lebih cepat tujuh puluh lima menit dari waktu selesai ujian yang telah ditentukan. Saya bisa mengikuti seminar tepat waktu.
Di tempat seminar saya berfikir sejenak: di antara ratusan manusia yang hadir di sini adalah para bintang-bintang dari daerahnya masing-masing yang diutus khusus untuk mengikuti seminar nasional dalam rangka Pelatihan Kader Lanjut (PKL) pergerakan mahasiswa islam Indonesia. Saya yakin sekali mereka bukan orang-orang biasa dengan kehidupan yang biasa pula. Mereka manusia hebat, namun semuanya masih tidak tahu, siapakah yang terhebat. Satu pertanyaan yang memenuhi pikiranku tadi sore.
Dari pembukaan rangkaian acara PKL ini, tidak banyak yang saya dapat. Ketidaktahuan membuat saya terjebak dengan kesadaran naif saya. Seusai satu jam menikmati kebosanan, saya baru sadar kalau ini bukan seminar yang terekam dalam benak saya. ini pembukaan.
Tetapi dari sambutan salah satu output PMII, saya lupa namanya, ada sesuatu yang baru dan menarik sekali. Adalah tentang keyakinan untuk menjadi yang paling benar. Selayang pikir, kesimpulan seperti ini hanya akan keluar dari mulut-mulut orang yang sombong. Seakan dari ucapan itu, dialah yang paling benar dan semuanya salah.
Namun, jika kita berfikir lebih lama, ucapan tersebut sangatlah cerdas. Justru ketika kita bilang dengan netral—kita itu benar bukan yang paling benar—itu yang keliru. Jika kita memakai konsep benar saja, maka selain kita tidak ada yang benar, semuanya salah. Dan keadaan seperti ini yang harus kita hindari.
Sebaliknya, jika kita berkiblat pada ucapan tadi—kita harus yakin kalau kita yang paling benar—maka masih banyak lagi diluar sana yang benar. Dan di antara semua kebenaran itu, kitalah yang paling benar. Tidak mungkin ada ucapan: kita yang benar di antara yang benar; yang ada malah: kita yang benar di antara yang salah, dan secara tersirat ucapan ini menyimpulkan kalau semua selain kita adalah salah.

Hal di atas tidak berbeda jauh dengan konsep ucapan mengenai agama. Islam bukan agama yang paling benar, akan tetapi cukup dengan agama yang benar. Zev261013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar