Senin, 23 September 2013

Quran pun Berbudaya




          Hari ini sepertinya saya lebih bisa mengatakan kalau cara membaca buku tercepat dan cara memperoleh ilmu paling mudah adalah diskusi. Iya, diskusi. Hari ini bapak Muhdlir untuk kesekian kalinya tidak bisa mengisi kelas saya. Kesibukan bisa jadi yang paling cocok sebagai alasan beliau tidak bisa hadir. Dan diskusi kayaknya juga lebih baik buat saya dan teman-teman.
          Yaitu tentang Quran dan budaya. Beberapa bulan silam, ketika saya masih berstatus mahasiwa INKAFA, saya menemui sebuah lubang yang tertutup secara tidak rapat. Saya masih belum puas dengan tutup lubang itu. Dulu diterangkan bahwa Al-Quran tetap adalah sebagai sumber segala ilmu termasuk di dalamnya adalah budaya. Al-Quran mengikuti budaya. Saya ulangi lagi: al-Quran mengikuti budaya. Sampai seminggu yang lalu saya masih tidak puas dengan kesimpulan itu.
          Dan hari ini, seakan semua keganjilan itu mengantri memasukki alam pikir saya. Dalam salah satu ayat yang menerangkan tentang puasa (2.183) tersurat makna yang membenarkan adanya budaya puasa sebelum islam. Menurut surat ini bisa jadi Quran mengikuti dengan budaya. Selayang pandang, budaya hadir lebih dahulu dari pada Quran. Teman saya menyamakan dengan konsep logis berdirinya sebuah sekolah beserta peraturannya. Peraturan tidak mungkin tersusun secara rapi terlebih dahulu sebelum sekolah terbangun secara konkit. Budaya adalah wadah dimana Quran eksis dan diaplikasikan.
          Di wilayah lain, antara budaya dengan Quran berjalan dalam relnya masing-masing. Budaya tidak mengikuti Quran dan Quran pun tidak mengikuti Budaya. Jika dikata Quran yang mengikuti budaya kuranglah tepat, karena ajaran inti akan Quran sendiri sudah jauh mendahului semua budaya di dunia ini. Salah satunya adalah cerita tentang Nabi Adam dalam al-Quran. Ayat yang menjelaskan bagaimana budaya apa adanya seorang Adam berinteraksi dengan sesamanya. Dalam konteks ini tidak sesuai juga ketika disimpulkan budaya lebih dahulu dari pada konsep Quran.
          Berbeda lagi adalah tentang pendapat yang menyuarakan Quran adalah awal dari semuanya. Quran adalah kalam murni dari Allah. Kalam dengan Allah adalah satuan yang tak terpisahkan. Sehingga jika Allah Qodim, maka kalam Allah juga kodim. Quran itu qodim. Budaya adalah makhluk. Otomatis menurut pendapat ini Quran dalam arti yang sebenarnya masihlah yang paling terdepan dari pada apapun dalam ranah disiplin keilmuan.
          Dalam pendekatan lain, antara Quran dan budaya tidak ada yang saling mengikuti. Keduanya saling menyesuaikan, bukan hanya Quran yang menyesuaikan, tetapi budaya juga menyesuaikan Quran. Secara nyata, budaya ada terlebih dahulu sebelum adanya Quran. Dan agar ada relasi yang kontinyu antara keduanya, Quran yang baru datang pada abad ke—7 dirancang sesuai dengan dialektika budaya Arab beserta budaya yang telah mengakar di dalamnya. Bisa jadi, Quran juga bukan hanya menyesuaikan tapi menyempurnakan budaya lama yang telah ada sebelumnya. Saya membahasakan: Quran tidak mengikuti budaya, tetapi menyesuaikan.
          Begitu pula dengan budaya. Dulu sebelum Islam datang dan membumi di Indonesia, di Jawa sudah ditemukan ritual-ritual murni yang ketika Islam datang ternyata dalam Islam juga ditemukan ritual yang sama dengan itu. Contohnya adalah ritual menenangkan diri atau pertapaan yang dalam Islam dikenal sebagai uzlah dan lain sebagainya. Dari potret ini bukan budaya yang yang mengikuti Quran atau sebaliknya, tetapi keduanya sudahlah sesuai secara murni.
          Dalam pendekatan sosiologis, masih segar di ingatan saya tentang materi gejala sosial. Dan untuk mengatasi itu duku saya belajar tentang metode presentif dan represif. Presentif adalah ketentuan yang  dibuat sebelum ada kejadian (tindakan pencegahan). Sedangkan, represif adalah ketentuan yang dibuat paska kejadian. Dan jika di hubungkan dengan Quran, kedua metode itu sudah membumi di dalamnya. Ada ketentuan yang ada sebagai solusi atau tanggapan atas sesuatu yang telah terjadi atau sebuah budaya (represif), ada juga ketentuan sebagai bentuk pencegahan (preventif). Akan tetapi, dalam hal ini saya masih belum tahu tentang bentuk konkrit akan keduanya.zev.240913

Tidak ada komentar:

Posting Komentar