Minggu, 15 September 2013

Kita: The Perfect Daybreakers


          Malam ini untuk kedua kalinya saya merasakan kentalnya kekeluargaan warga sini. saya merasa sangat berharga bisa terlibat dalam gejala sosial seperti malam tadi. Tanpa direncanakan, mas Sohib mengajak saya untuk terlibat dengan permainan malam warga sini: Badmintoon. Cukup seru, ramai, dan yang terpenting adalah nuansa yang penuh dengan kebersamaan.
          Berbincang tentang badmintoon dan kebersamaan, ada dua kendala dalam pikiran saya. Pertama adalah tentang olahraga ini.
          Paska badmintoon tadi, tangan saya kram, rasanya mati rasa. Tangan ini sulit untuk digerakkan. Dan seteah saya teliti, ternyata kesalahannya terletak di awalnya tadi: saya tidak pemanasan dulu. Sejenak saya melihat tangan saya yang sakit untuk digerakkan, saya berfikir sejenak. Apakah rasa ini disebabkan hanya karena darah yang tidak mengalir rata ya. Kalau iya, berarti fungsi darah sangat luar biasa.
          Pikiran saya melayang pada film siang tadi: daybreakers. Di dalamnya dikisahkan kehidupan para vampir yang sudah berperadaban. Mereka sudah merata hampir di semua lini dunia. Mereka berkeluarga, bermain, bersekolah, berbisnis, dan bercinta. Kehidupan mereka sama dengan layaknya manusia kebanyakan. Akan tetapi mereka hidup dalam ambang penderitaan. Tubuh mereka tidak dialiri darah.
          Saya bisa merasakan betapa sakitnya hidup tanpa darah. Lengan saya yang hanya sebentar tidak dialiri darah saja bisa terasa sangat mengganggu, apalagi mereka yang semua anggota tubuhnya tidak dialiri darah. Dalam satu sisi, tidaklah salah ketika mereka menjadi peminum darah: blood hunter. Mereka menuntut haknya.
          Saya berfikir realistis: andai saja kita tercipta dengan keadaan darah tidak mengalir dalam tubuh kita, apa yang akan terjadi. Atau darah tetap bisa mengalir dalam tubuh kita tapi tubuh kita tidak bisa memproduksinya sendiri. Coba dibayangkan. Saya yakin kita tak ubahnya seperti para vampir. Elemen yang selalu mencari darah untuk memenuhi kebutuhannya.
          Untungnya, Tuhan tidak sejahat itu pada saya, kamu, dan mereka. kalau dalam bahasa saya, manusia itu sebenarnya hanyalah vampir yang beruntung. Manusia tidak akan bisa hidup tanpa darah, sama dengan vampir. Yang membedakan hanyalah wilayah dan anugerah. Manusia diciptakan sebagai vampir tapi dengan keadaan yang jauh berbeda. Manusia lebih sempurna. Tubuh manusia bisa memproduksi sendiri darah yang dibutuhkan manusia itu secara normal. Sehingga keadaan itu memungkinkannya untuk tidak brutal dalam tindakan menuntut hak: mencari darah segar. Berbeda dengan vampir, tubuhnya sudah tidak berfungsi untuk memproduksi darah lagi, hingga jalan satu-satunya adalah sebuah pilihan. Pilihan untuk membunuh atau mati.
          Dan sepertinya tidak akan menimbulkan problema jika saya katakan: human is the perfect daybreakers.zev.150913

           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar