Minggu, 08 September 2013

Praduga Kulitan dalam Miss World 2013


          Berita tentang Miss world 2013 di Tribunjogja pagi ini membuat saya gerah. Satu momen yang seharusnya menjadi kebanggaan tersendiri bagi Indonesia ini masih saja menuai banyak kotroversi. Salah satunya adalah demo yang dimotori oleh Hizbut Tahrir Indonesia. Mereka menolak diselengarakannya Miss World 2013 ini di Indonesia dengan alasan yang bagi saya tidak objektif dan kurang jelas. Selain itu di tempat yang berbeda FUI (forum Ulama’ Indonesia) juga tidak setuju jika acara gede ini dilaksanakan di Indonesia. Lebih prihatinnya, semua itu mengatasnamakan agama.
          Sepihak, saya jadi ingat catatan saya kemaren tentang rahmatan lil alamin. Kalau sudah seperti ini, apakah islam itu masih rahmatan lil alamin, toh masyarakat lain sulit untuk bisa merasa nyaman dengan kita. Pun yang membuat tidak nyamannya adalah dari golongan islam sendiri. Sedikitnya, saya yakin masyarakat dunia akan memandang sebelah mata Indonesia sebagai bangsa yang tidak mengapresiasi seni dunia. Padahal tidak seperti itu nyatanya.
          Sejenak setelah saya membaca Tribun di angkringan Sorowajan tadi, saya ingat kebiasaan tetangga-tetangga baru saya ketika menunaikan jamaah di masjid. Konstruksi jamaahnya sangat unik dan bagi saya pribadi, itu sungguh tidak pantas. Namun, selama saya jamaah di masjid itu, semuanya baik-baik saja. Dan itu berlanjut sampai saat ini. adalah tentang keadaan imam sholat. Imam sholat di sini tidak pandang bulu. Sering Imam sholat memakai kaos oblong, switter, atau bahkan tidak mengenakan kopyah. Itu hal yang lumrah. Praduga mereka tidak sebatas kulitnya saja. Hipotesisnya saya, mereka seperti itu ada dua kemungkinan. Pertama, karena sudah budaya dan adat. Kedua, karena mereka memandang seorang imam tidak dari luarnya tapi dari dalamnya. Jamaah masjid dekat kontrakan saya selalu baik. Praduga nonkulitan sukses membuat mereka semangat berjamaah.
          Dan kira-kira itu. Saya yakin, antara manfaat dan madlorot diselenggarakannya Miss World 2103 di Indonesia lebih dominan pada manfaatnya. Minimal, masyarakat dunia akan mengenal Indonesia lebih dalam. Budaya-budaya indonesia akan dikenal di mata dunia. Dan itu tidak sebatas Bali saja. Selama ini yang dikenal bukan Indonesia tapi bali. Ini adalah kesempatan untuk mengubah anggapan itu. Bali adalah bagian kecil dari Indonesia. Sehingga ketika saya baca berita tentang diurungkannya bogor sebagai tempat acara, saya sangat menyayangkan itu.
          Kalau sudah seperti ini, kayaknya konsep agama dan negaranya Tan Malaka perlu untuk di kaji kembali. Negara tidak seharusnya terikat oleh doktrin agama yang terlalu mengikat. Apalagi Indonesia tidaklah negara islam, banyak agama hidup dan berkembang di dalamnya. Akan sangat tidak bijaksana jika negara menuruti kemauan satu agama yang terkesan begitu egois menolak momentum yang langka ini. “Agama itu cukup di hati dalam menghadapi modernitas sehingga tidak menjadi kambing hitam dari konflik-konflik sosial yang semakin mengakar”, kata Tan.zev.080913

          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar