Jumat, 13 September 2013

Andai Socrates Hidup se-Zaman dengan Quraish Sihab


          Hari jumat adalah hari yang paling layu dalam minggu-minggu saya biasanya. Ya, kebiasaan saya di pondok memang begitu: jumat adalah hari yang melelahkan. Akan tetapi semenjak saya membumi dengan Jogja, jumat masih terasa biru. Saya semangat sekali hari ini. Bapak Zuhri menerangkan resume 12 pertemuan yang akan kita jajal besok. Saya suka ketuhanan.       
          Dari resume singkat, yang bapak Zuhri paparkan, saya masih merasa belum penuh tentang kesimpulan beliau yang mengatakan bahwa untuk sampai pada Allah itu ada yang tanpa perantara syariat. Padahal setahu saya untuk mencapai maqom ma’rifat itu seseorang harus menguasai syariat dan hakikat dulu baru ma’rifat. Sebenarnya, tadi secara singkat beliu sudah menjelaskan alasannya kenapa hal ini bisa dilakukan namun kayaknya bahasa yang dipakai masih terlalu asing di telinga saya. Saya tidak bisa memahaminya secara penuh. Dan saya kira, untuk pertemuan kedua ini tidak masalah lah.
          Dalam bukunya Muhammad Muhibuddin: kata-kata terakhir tokoh-tokoh dunia, tertulis dengan jelas sekali bahwa Socrates sering mendapat intuisi. Dan intuisi itu membawanya pada sebuah keyakinan tentang suatu keesaan, ada satu elemen yang berada di atas semuanya. Saya mengatakannya, sejak itu Socrates telah berdialog dengan Tuhan, lewat intuisinya.
          Menurut pengantar filsafatnya Bapak Jujun, saya juga pernah membaca kalau intuisi adalah puncak dari filsafat. Ada juga yang mengatakan, intuisi yang berbasis itu setara dengan wahyu, dan bahkan intuisi sendiri itu adalah wahyu.
          Sehingga hipotesis saya: tidak salah jika dikatakan Socrates dulu telah menemukan Tuhannya. Konsepsi Allah pada masa itu belumlah ada. Intuisi Socrates yang dominan pada keesaan Tuhan itu sudah luar biasa. Dan mungkin inilah gambaran konkrit dari penjelasan bapak Zuhri tadi. Seseorang bisa sampai pada Tuhan tanpa nabi, quran, wahyu, dan bahkan tanpa syariat. Meski saya tahu ini tidak bisa dipukul rata, setidaknya dengan berlandas pada pemikiran dan intuisi (dzauq) saja seorang bisa sampai pada Tuhan. Bapak Zuhri juga menyebut para sufi juga bagian dari mereka yang berbasis pada kekuatan dzauq (intuisi).
          Dan saya yakin, andai Socrates hidup di zaman kita, pasti sekarang dia sedang bersaing dengan Bapak Quraish dalam berlomba-lomba menelorkan karya-karya tentang pemahaman Quran secara kontemporer.zev.130913



Tidak ada komentar:

Posting Komentar