Jumat, 20 September 2013

Perselingkuhan itu Adalah Isyarat Tuhan: Dia Bukanlah yang Terbaik Buat Kamu


          Hari ini saya bersinergi dengan dosen Teologi saya: bapak Zuhri. Semuanya sangat jelas tertuju pada saya. Tadi malam, 2 jam waktu saya tersita oleh catatan saya. saya terhenti dalam pembahasan yang penuh dengan warna abu-abu, semuanya masih belum jelas. Termasuk adalah hipotesis saya sendiri.
          Akan tetapi, tadi pagi semuanya terjawab dengan sangat rapi. Saya yakin Dia terlibat dalam keadaan ini. Adalah tentang tempo dalam al-An’am 76-79. Kemaren, saya menulis bahwa perjalanan Ibrahim dalam mencari Tuhannya, tidak sependek antara tujuh puluh enam sampai tujuh puluh sembilan saja. Namun, antara Tuhan bulan hingga Tuhan matahari dalam proses antropologinya Ibrahim melibatkan waktu yang sangat lama.
          Tidak berbeda dengan itu, dosen saya dalam keterangannya tadi pagi, menjelaskan dengan jelas: pendekatan antropologi Ibrahim dalam historinya memerlukan waktu. Dan waktu itu tidaklah singkat. Satu poin lagi yang selalu meyakinkan saya: ada sesuatu yang sengaja berdialog dengan saya.
          Dalam hal lain, malam ini, tidak sengaja saya mendengar celoteh Anang dalam kelas malamnya di radio. Setiap hari rabu sampai jumat malam acara radio ini selalu menghibur hati sepiku. Suaranya mengalir indah. Bahasa yang digunakan tidak kalah dengan alunan Vicki. Jogjakarta semakin kelihatan akrab dengan adanya siaran-siaran seperti ini. Saya menemukan banyak sekali inspirasi. Dalam pendekatan lain, ternyata melalui pacaran, kita dapat belajar banyak hal. Saya mendapatkan itu dari siaran kelas malam ini. Anang bisa merasionalkan pacaran yang dalam kacamata Islam itu adalah . . .
          Dalam versi Anang, ternyata Tuhan pun turut intervensi dengan apapun yang dirasakan oleh hambanya, tidak pandang bulu. Dan yang unik dalam benak saya adalah tentang Tuhan itu sendiri. Tuhan atau Allah itu identik dengan agama, tidak mungkin ada Tuhan tanpa agama. Agama bersumber dari satu ketentuan umum: syariah. Dalam syariah pacaran adalah hal yang tidak baik. Jika ditarik dalam dimensi fikih asghor, versi Abu Hanifah, itu adalah sesuatu yang haram. Sehingga ketika ditarik benang merahnya, saya bisa menyimpulkan kalau Tuhan ternyata juga intervensi langsung dalam perkara yang haram.
          Juga, saya pernah terlibat dalam dialog antara teman saya dengan pacarnya. Si cewek mengajak si cowok untuk tidur bareng dalam tanda kutip. Di luar dugaan saya si cowok menjawab: iya Insya Allah.
Satu frame yang membuat pikiran saya menjadi aktual. Ternyata di benak teman-teman saya sekarang , bisa jadi Tuhan menghendaki mereka untuk making love di luar nikah. Tuhan sekarang sangat luwes dalam jiwa-jiwa manusia muda 2013.

Sehingga jika saya hubungkan dengan paragraf di awal, ketika Tuhan turut terlibat dalam permasalahan yang dalam dimensi fikih akbarnya: tidak baik, seakan masih bisa dikatakan itu adalah proses untuk berdialog dengan Tuhan. Mendekati Tuhan melalui jalan belakang. Ketika pacar selingkuh pun itu hanyalah isyarat Tuhan kalau dia bukanlah yang terbaik buat kita. Prosesi dialog terjadi di sini. Tuhan sebagai pemegang segala kunci.zev.201913

Tidak ada komentar:

Posting Komentar